Love Language Anak: Tabungan Cinta Harian Orang Tua

anak depresi


Krisis akhlak, itu gambaran yang terjadi di negeri tercinta Indonesia saat ini. Generasi yang “dititipkan pada gadget” membuat anak-anak tidak punya pijakan yang tepat. 

Banyak diantaranya tidak terarah dalam melangkah. 

Angka perceraian tinggi, kasus kenakalan remaja, narkoba, tidak lain terjadi karena salah dalam pola asuh atau juga faktor broken home—korban perceraian orang tuanya. 

Lalu bagaimana mendidik atau mengasuh anak kita generasi yang akan menjadi penerus mewarisi kebaikan orang tuanya? 

Akankah menjadi pewaris kebaikan dari Ayah Bundanya? 

*

Rasulullah saw. Adalah Suri Teladan Terbaik Dalam Pengasuhan Atau Mendidik Anak

Mendidik anak tidak semudah membalik telapak tangan. Upaya perbaikan terhadap anak dan dan meluruskan kesalahan serta membiasakan mereka melakukan kebaikan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh adalah fitrah. 

“Teladan dalam mendidik anak ada pada diri Rasulullah saw. suri teladan terbaik. Beliau tidak ada membelalak, membentak, memukul. Lantas kita belajar dari mana? Sedangkan Rasul tidak?!” tanya Dr. Muhammad Iqbal dalam ceramahnya Senin, 27 Januari 2025 tentang Parenting Tarbawi Orang Tua Bijak Bagi Generasi Penerus Dakwah.  

Terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan oleh At Tabrani dari Ali bin Abi Thalib ra. Bahwa Nabi bersabda: “Didiklah anak-anakmu atas tiga hal; mencintai nabimu, mencintai ahli baitnya dan membaca Al Quran, karena orang yang mengamalkan Al Quran nanti akan mendapatkan naungan Allah pada hari Ketika tiada naungan Allah pada hari Ketika tiada naungan kecuali dari-Nya bersama para nabi dan orang-orang yang suci.” 

Sudahkah kita menjadikan anak-anak kita mencintai nabi, dan menjadikan anak-anak cinta dengan Al Quran? 

Dr Iqbal juga menjelaskan karena beliau adalah seorang konselor, bahwa tidak ada keluarga yang tidak punya masalah, hanya terkadang ada yang berat dan ringan, berbeda proporsinya. 

“Penting mendidik anak dengan cinta berkasih sayang. Islam adalah agama yang cintai damai. Bimbing anak agar mengembangkan potensi dan bakat anak pada hal yang tidak melanggar syariat,” tegasnya lagi.

*

Dahulu standar anak yang sukses adalah yang lulus UMPTN, kalau tidak lulus UMPTN depresi. Padahal bukan itu. 

“Tujuan utama Pendidikan adalah berakhlak dan beradab, sehingga orang tua harus adil dalam mendidik anak. Tentu tidak enak rasanya saat anak kita merasa tersisih jika dibanding-bandingkan dengan anak lainnya, atau dibandingkan dengan anak lain. Padahal setiap anak memiliki potensi dan bakat yang berbeda-beda.”  

“Mereka tumbuh dan berkembang sesuai potensinya bagus. Matematika jelek, tapi di bidang seni bagus, hapalan bagus. Semua anak hebat dengan kelebihan masing-masing.” Ujar dr. Iqbal lagi. 

Permasalahan saat ini adalah kecanduan HP—yang sebenarnya bisa juga dari orang tua juga. Kebanyakan remaja dan anak-anak saat ini yang tumbuh di era digital, memilih profesi yang disukai seperti jadi gamers, K-Pop, Youtuber, selebgram, artis atau pemain bola.

Mirisnya, gadis berhijab juga suka dengan artis K-Pop idolanya, bahkan mereka datang ke konsernya, ke panggung dan pelukan naudzubillah. Mari kita jaga agar fitrah anak tetap baik. Karena pada dasarnya, semua anak fitrah. 

*

Ayah Bunda, Bangunlah Tabungan Cinta Itu!

tabungan cinta anak

“Bagi para Ayah Bunda, kita bisa sediakan waktu road trip, kemping, jalan kaki untuk membangun soliditas.”

“Mungkin orang tua sekarang jarang sekali, atau tidak mau berkorban materi, waktu. Padahal tabungan cinta anak-anak saat pesantren libur itu anak-anak bisa diajak road trip, kemping, traveling hanya keluarga inti saja. Nanti anak-anak akan punya cerita atau momen masing-masing.” 

Hanya soal waktu. 

Tabungan Cinta dapat dibangun dengan story telling. Anak tidak tahu Ayahnya sibuk. Jadi saat di rumah Ayah bisa bercerita, “Ayah hari ini turun ke desa. Atau hari ini Ibu bertemu anak-anak di lapangan dan mereka suka dengan buku, dan seterusnya.”  


Jangan jadi Split Personality 

Dalam konsultasinya, dr Iqbal juga bercerita bahwa ada seorang konsul, “Suami saya kalau UPA suka baik, misalnya Ummi tolong ambilin minum, dan seterusnya. Tapi kalau teman-teman nya sudah tidak ada, habis saya dibentak dan dimarahi.” Jangan sampai orang tua menjadi split personality, nanti anak tidak akan respect. 

Pentingnya menjaga lisan dan menghormati ayah ibu. 

“Jangan sampai kita kabura maqtan indallah, mudah mengucapkan tapi sulit mengimplementasikan.” 

Kasus lain ada keluhan seorang suami, seperti hardikan, silent treatment, sampai 2 tahun. 1 diantara mereka selingkuh. Bagaimana di rumah kita teladan.


Orang Tua Wajib Jadi idola Bagi Anak-Anaknya

Anak-anak adalah peniru ulung, sehingga anak akan meniru apa yang Ayah Ibunya lakukan. Terkadang ada anak yang suka memuji, itu ternyata meniru Ayahnya.  

“Ayah hebat!” Buah tidak akan jauh jatuh dari pohonnya. 

“Bagi seorang Ayah wajib memberikan teladan yang baik, seperti mengapresiasi istrinya, ataupun perlakuan yang baik. Jangan sampai juga istri menjadi istri yang posesif, karena akan muncul ketidaknyamanan,” papar dr. Iqbal. 

“Rumah tangga ibarat membangun jembatan. Jika ada masalah jembatan itu diambil satu-satu, jika terus diambil, maka dia akan runtuh meski hanya dengan angin kecil (bisa runtuh). Tapi Ketika pemberian semangat, ucapan hal yang baik, hal itu akan menambah tiang, sehingga banyak angin pun, jembatan itu justru bisa menjadi kuat,” ujarnya lagi. 


Orang Tua Dilarang Bertengkar di Depan Anak-Anak 

Saat anak-anak tidak betah di rumah, juga salah satu faktornya karena Ayah Ibunya sering bertengkar di rumah. 

Ada beberapa point yang menjadi pelajaran dari dokter Iqbal selaku assoc. prof Universitas Paramadina, dan Psikolog Keluarga, Rektor SWINS Jakarta: 

1. Para orang tua jangan bertengkar di depan anak-anak. Tidak boleh berteriak, mencaci maki. Jangan sekali-kali berantem di depan anak-anak. 

2. Jangan juga mengajak anak untuk membenci Ayah, atau Ibu mengajak anak membenci Ayahnya. Nanti anak tidak akan respect. 

Atas hal tersebut, anak bisa mencari pembenaran, mereka bisa cari pintu kesenangan di luar seperti narkoba, judi, game online. 

Menanamkan Tauhid pada Anak 

Mengenalkan iman dan tauhid pada anak sejak dini seperti terkadang semua terjadi tidak seperti yang kita mau, maka kita sebagai hamba bisa bersyukur dan bersabar. Penting mengajarkan anak untuk mementingkan shalat di atas kegiatan lain. Lalu mengenalkan wudhu atau juga tidur di awal waktu agar keesokan harinya tidak kesiangan saat mau shalat subuh. 

Menanamkan adab berkomunikasi yang santun, baik di media sosial atau dalam dunia nyata 

“Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” 

Mengikuti Nabi Muhammad saw. dalam Berbicara

nabi muhammad


Aisyah R.A berkata: “Rasulullah saw. tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan (yaitu berbicara dengan nada cepat). Namun, beliau berbicara dengan nada perlahan dan perkataan yang jelas dan terang lagi mudah dihapal oleh orang yang mendengarnya.” (HR Abu Daud) 

Cara Rasulullah saw. Berbicara 

1. Berbicara dengan lembut 

2. Dilarang bicara kotor 

3. Jujur dan tidak bohong 

4. Tidak berbuat ghibah 

5. Tidak mengadu domba 

6. Tidak mencaci temannya 

7. Berbicara suara pelan 


Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu.”

“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.” 

 

Saat Orang Tua Hendak Marah 

Orang tua harus marah secara tegas dan memberikan sanksi pada anak. Ketika anak kita melakukan pelanggaran yang kita anggap itu berat. 

Misalkan berbicara kasar atau jorok, melanggar peraturan yang dibuat, tidak mau sholat dan sebagainya. 

Sanksi dan marah yang kita lakukan membuat anak menjadi tahu mana yang benar dan mana yang salah. 

Ketika marah perhatikan hal ini: 

1. Marah dengan tegas dan lembut 

2. Marah pada kesalahannya bukan pada pribadinya 

3. Jangan marah dengan kekerasan baik secara verbal atau secara langsung 

4. Keluarkan kalimat-kalimat yang positif dari verbal kita yang mengandung doa kebaikan untuk anak. 


Penutup 

Saat melihat anak, maka kita dapat melihat anak itu adalah cermin kita, orang tuanya. Kita harus mewariskan kebaikan ada anak yang bisa mereka teruskan kelak. 

Bersusah-susah sekarang untuk hasil yang baik nantinya. Mudah-mudahan jadi bekal untuk jadi anak yang shalih dan shalihah. Aamiin 

No comments