Dalam kehidupan, sering sekali kita menemukan kegersangan hati, kesemrawutan pikiran, dan mungkin kehilangan arah.
Biasanya kita memiliki cara tersendiri untuk dapat happy kembali. Ada yang menemukan dirinya ketika sendirian--orang introvert biasanya menyukai sendirian sembari mengumpulkan energi membaca buku, kontemplasi, sementara yang lainnya memilih liburan (baca: jalan-jalan) sebagai alternatif kebahagiaan.
Dari databoks.katadata.co.id menyebutkan bahwa Baby Boomer dan Milenial Jadi Generasi Paling Bahagia di Dunia menurut Survei Ipsos.
Hasil survei Ipsos menunjukkan, sebanyak tiga dari empat penduduk dunia mengaku bahwa diri mereka bahagia. Meski demikian, survei itu menemukan bahwa tingkat kebahagiaan dari setiap generasi berbeda.
Baby boomer dan milenial merupakan generasi paling bahagia di dunia, menurut hasil survei Ipsos. Tercatat, kedua generasi tersebut memiliki responden yang merasa bahagia masing-masing sebesar 75%.
Selanjutnya, ada 73% responden generasi Z yang mengaku bahagia. Di sisi lain, persentase responden generasi X yang merasa bahagia adalah yang paling rendah, yaitu 71%.
Bahagia Itu Saat Sudah Menikah
Menurut hasil survey yaa, bukan kata saya hehe.. Dari survei Ipsos menyatakan bahwa penduduk yang telah menikah cenderung lebih Bahagia (79%) dibandingkan yang belum menikah atau dengan status pernikahan lainnya (68%).
Dalam agama Islam pula menegaskan bahwa menikah adalah melengkapi separuh agama. Maka, bagi mereka yang membujang segera menikahlah!
Menikah merupakan salah satu ibadah terpanjang dan juga memberikan kebahagiaan karena di dalamnya ada keberkahan dan semua yang tadinya tidak boleh, dihalalkan setelah menikah.
Bahagia Itu Ketika Dipengaruhi Seberapa Besar Pendapatannya
Sering dari kita berpikir bahwa ketika ada uang, maka dia bahagia--karena semua butuh uang. Menurut Ipsos, kebahagiaan penduduk dunia juga dipengaruhi seberapa besar pendapatannya. Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka semakin bahagia dirinya.
Secara rinci, ada 78% responden dari rumah tangga berpendapatan tinggi yang merasa bahagia. Lalu, dari rumah tangga berpendapatan menengah memiliki persentase responden yang merasa bahagia sebesar 74%. Sementara, responden dari rumah tangga berpendapatan rendah yang merasa bahagia lebih sedikit yaitu hanya sebesar 64%.
Bukan tentang seberapa besar pendapatan, tapi bagaimana kita memanfaatkan rezeki yang sudah Allah Swt. beri dengan rasa syukur, karena Allah Ar Rozzaq, Allah Swt. yang menjamin rezeki kita.
Baca juga: Pemanfaatan Harta dalam Islam
Bahagia Itu Ketika Mengenyam Pendidikan Tinggi
Dari survei Ipsos, penduduk yang yang mengenyam pendidikan tinggi juga cenderung lebih bahagia. Sebanyak 77% responden dengan tingkat pendidikan tinggi mengaku bahagia, diikuti tingkat pendidikan menengah (72%), sedangkan penduduk dengan tingkat pendidikan rendah yang merasa bahagia lebih sedikit (68%).
Bahagia Itu Saat Mendapat Pengakuan atau Ucapan Terima kasih Setelah Mendapat Beban Kerja Berlebih
Hasil survei Kurious dari Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan, ada beberapa orang yang mengaku tak bahagia dengan pekerjaan yang dijalani.
Proporsinya mencapai 11,8% dari total responden, dengan rincian 2% sangat tidak bahagia dan 9,8% tidak bahagia.
Mereka yang tidak merasa bahagia dengan pekerjaannya menjabarkan faktor pemicunya.
Alasan pertama adalah kurangnya pengakuan dan penghargaan, yang dipilih 42,3% responden. Kedua, kurangnya peluang pengembangan diri yang dirasakan 37,3% responden.
Ketiga, beban kerja yang berlebihan, yang dirasakan 36,6% responden. Lalu posisi keempat, ketidakseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi, yang dipilih 34,5% responden.
Lingkungan kerja yang buruk pun membuat responden tidak bahagia dengan pekerjaannya, yang dipilih 30,3% responden.
Survei ini dilakukan terhadap 22.508 responden berusia 18 tahun–74 tahun di 32 negara. Survei yang dilakukan secara online pada 22 Desember 2022 hingga 6 Januari 2023 lalu ini, dilakukan di beberapa negara bagian Amerika Serikat, Kanada, Malaysia, Afrika Selatan, Turki, Thailand, hingga Indonesia.
Bahagia Itu Saat Memiliki Jiwa yang Tenang
Diantara hiruk pikuk dunia, jiwa yang tenang adalah penyembuh.
Dalam Al Quran surah Al-Fajr ayat 27-30 disebutkan bahwa, "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku."
Hati yang selalu condong pada kebenaran dan hati yang tenang adalah koentji. Seringkali hati merasa kusut, tidak tenang, obatnya adalah mendekat pada-Nya dengan bertilawah Quran, shalat, dan berdoa pada-Nya.
~Jika kamu kehilangan arah, jangan lupa tilawah.
Baca juga: 7 Tempat Wisata Populer di Kota Bandung
Bahagia Itu Saat Dekat dengan Allah Swt.
Saat jauh dari Allah Swt. manusia tidak memiliki tujuan hidup. Maka Allah Swt. sebagai pegangan.
Baca juga: Artis dan Kacamata Akhirat
Bahagia Itu Saat Bisa Menerima Segala Ketetapan Allah Swt.
Tahun 2025 ini, sambil banyak merenungi waktu-waktu yang telah berlalu.
Sudah banyak hal berarti yang terjadi dalam hidup seperti menikah, punya anak perempuan dan laki-laki, dan Allah Swt. mengambilnya lagi. Saya merasa Bahagia karena Allah Swt. berikan takdir terbaik untuk saya. Jadi Bahagia itu adalah bersyukur atas ketetapan yang Allah berikan sampai saat ini, dan seterusnya.
Menurut hasil survei World Happiness Report 2023, bahwa Indonesia berada di peringkat 84 dari 137 negara dalam indeks kebahagiaan dunia. Dalam hal ini, skor kebahagiaan rata-rata masyarakat Indonesia adalah 5,3 dari 10.
Sudah Seberapa Bahagiakah Kita?
Kali ini, Rumah Zakat sebagai salah satu lembaga filantropi membuat sebuah alat tes untuk kita dapat mengukur sudah seberapa bahagia kita dengan mencoba mengikuti Survey Bahagia Meter melalui link berikut:
Step-stepnya akan ada beberapa pertanyaan terkait apakah kamu sudah bahagia dengan pencapaianmu seperti menjalani hari-hari dari mulai pertanyaan positive emotion, engagement, relationship, meaning, accomplishment dan dapatkan hasilnya!
Kesan Saat Mengisi Tes Bahagia Meter
Pertama, Menarik
Kesan saat mengikuti test Bahagia Meter ini terbilang "Menarik" karena pertanyaannya mengandung curiosity penasaran bagaimana, apakah kita sudah bahagia? Biasanya kan kalau mengisi kuisioner formal dan apa adanya, sedangkan ini dibuat semenarik mungkin.
Kedua, Penasaran Tentang Sudah Seberapa Bahagia Hidupmu
Kita akan menjawab pertanyaan tentang bagaimana keseharian kita, emosi positif, keterlibatan, hubungan, makna, dan pencapaian telah mencapai banyak hal berarti dalam hidup. Bagi saya, pertanyaannya juga cukup (tidak terlalu banyak) dan pertanyaannya juga tidak susah.
Ketiga, Tetap Pertahankan
Senang sekali karena udah coba ikut survey Bahagia Meter, dan scor yang didapat adalah 90 Your Happiness Meter Very High Well-Being (Kondisi kesejahteraan optimal, mencerminkan kebahagiaan, makna, dan kepuasan hidup yang luar biasa).
Dapat saran untuk mempertahankan momentum pencapaian dengan menetapkan tujuan yang lebih besar atau membantu orang lain mencapai tujuan mereka. Ini bisa meningkatkan rasa kepuasan pribadi lebih dalam
Alhamdulillah ala kulli hal.
Yuk ikut juga survey Bahagia Meter ini, kira-kira tingkat kebahagiaan kita udah dimana ya? Yuk ajak teman-temanmu untuk ikut survey ini dan bantu mereka merasakan kebahagiaan juga! [ ]
Sumber referensi:
- https://databoks.katadata.co.id/demografi/statistik/6e84d1651da557e/10-negara-paling-bahagia-di-dunia-pada-2024-ada-indonesia
- https://databoks.katadata.co.id/ketenagakerjaan/statistik/7e027340507517d/kurang-diakui-hingga-beban-kerja-berlebih-ini-alasan-warga-ri-tak-bahagia-dengan-pekerjaannya
No comments