Dari judul bukunya saja sudah mengandung frasa yang menarik. Setiap ceritanya alur cepat dan mudah diterima dengan baik untuk tingkat anak SMP pun ini mudah.
Sebenarnya ingin cerita bahwa seringnya dompet ayah kosong, tapi belum tentu di rekeningnya hehe.
Udah lama ngga baca buku, senang dapat buku ini pas ke Pittimoss. MasyaAllah masih ada tempat peminjaman buku offline. Bertempat di jalan Banda no 12.
Awal cerita tokoh Utama Zenna anak ke-6 yang memiliki 5 adik. Jadi total dia 11 bersaudara. Saat membaca buku "Dompet Ayah, Sepatu Ibu" saya bisa merasa betapa sulitnya jadi anak tengah. Scene awal sudah menjelaskan betapa beratnya hidup Zenna yang harus jadi penjual jagung mengangkut di atas kepalanya dan menjualnya di sekolah. Saat semua hendak ujian, temannya yang lain belajar, Zenna malah jualan.
Saat jagung terakhir satu lagi yang bisa ia makan, ia dapat kabar Ayahnya meninggal.--Saat dia mau dijanjikan punya sepatu bagus.
Masih ia simpan tangisnya. Ia paksa hatinya sesejuk Telaga Dewi di Puncak Singgalang. (halaman 4)
Diksi pilihan J.S Khairen sangat bagus. Tulisannya tidak berat, ringan karena diksinya yang menyenangkan.
Saat itu juga, tangisnya lepas. Raungannya menyalakan riung hutan bambu (halaman 4)
Episode 2 menceritakan seorang anak laki-laki yang mendapat hukuman mendapat hantaman rotan. Di rapornya tertulis TINGGAL KELAS 1. Hal yang menyedihkan karena Ayahnya menikah lagi saat Uminya tengah hamil anak ke-3.
Umi, Pendongeng Andal dan menceritakan Uwais Al Qarni yang menggendong ibunya karena bakti pada Ibunya. Cara menceritakannya pas. Kalau ada orang bercerita atau menceritakan menulis surat kadang saya skip, ini penasaran pengen baca detail; membuat saya berdecak kagum.
Zenna tinggal di lereng Gunung Singgalang, usia 18 tahun dan hendak lulus usia 18 tahun. Saat menceritakan kisahnya saat kecil yang tinggal di Gunung tapi harus berjalan jauh untuk mengambil air, saya jadi teringat kampung Papa yang sama persis seperti itu.
Saat Zenna mengambil air dan adiknya bilang, "Uni, mau beli itu." Tangis saya pecah! Ya Allah sedih banget. Saat Zenna bilang, "Mana ada yang!?" saya menangis.
Anak-anak ini dari dulu selalu penasaran rasa biskuit itu. Bagaimana di lidah? Apakah enak, apakah dingin, apakah panas, apakah gurih? Mereka tak pernah mencoba permen, biskuit, makan apa pun yang ada di warung. (halaman 13)
Guru sekolahnya Zenna bernama Ibu Erita datang ke rumah membawa berita gembira; kelulusan Zenna dan meraih juara 1. Zenna diajak untuk ikut Supenmaru (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dia juga diberikan amplop tebal dari 3 IPS 1 dan Guru SMA agar Zenna, jagoan kelas jangan berhenti sekolah.
J.S. Khairen singkatan Jombang Santani Khairen menulis dengan baik. Jika abang meninggal saja dia bisa menahan tangis, apalagi ini? Lagi pula, dia anak tengah, mana ada yang peduli pada tangisnya? Bukannya menangis, Zenna malah sesak napas, lalu batuk-batuk. (halaman 15)
Persis saat membaca "Ya Allah, aku tak tahu harus membantu apa lagi. Kuat dan hebatkanlah anak itu" bisik Bu I'i dalam hati. Hutan bambu mengiringi doa Bu I'i dengan berisik. (halaman 17)
"Pergilah jadi insinyur, jadi pegawai, jadi guru, jadi apa saja yang hebat! Supaya bisa makan enak dengan adik-adikmu." Setiap menyebut kata jadi Bu I'i mencubit pelan pundak Zenna, agar mencairkan suasana. (halaman 16)
Asrul suka baca koran dan nilai bahasa indonesia jadi 10, padahal tadinya sulit untuk baca pun. Sebab dia sekarang sering bantu Umi berjualan di pasar.
Asrul dan Irsal punya 2 nasib berbeda. Keduanya sering bertengkar sejak kecil, saat dewasa masih bertentangan, tapi tidak main fisik seperti saat kecil lagi. Asrul pernah tinggal kelas, akhirnya jadi satu angkatan dengan adiknya. Setelah dewasa, Asrul hendak sekolah di Pendidikan Guru Padang Panjang, sementara Irsal sekolah di Pesantren.
Asrul punya jasa tambahan buat surat cinta untuk teman-temannya demi menghidupi dan makannya sehari-hari.
Karena batuk-batuknya yang parah Zenna diangkat amandelnya lewat jalan operasi, tapi malah tidak bisa berbicara sama sekali. Tubuhnya penuh merah di tangan, wajah, kaki, perut dan hal itu membuat Pinto, pemuda yang hendak menikahi Zenna undur diri.
Mak Syafri marah besar tatkala mereka minta ganti adiknya saja yang menikah dengan Punto.
"Datang tampak muka, pulang tidak tampak punggung. Kalau mau batal, kenapa tidak mereka sendiri yang menyampaikan?" (halaman 53)
Di antara semua cerita senang dengan cerita pertemuan tali benang antara Asrul dan Zenna. Terlebih saat Asrul menginjak sepatu Zenna secara sengaja karena niat iseng. Hehe.
Asrul pernah suka dengan Tata, tapi kini dia suka dengan Zenna. Akhirnya Tata yang sudah 2x mengajukan diri ingin menikahi Asrul tidak jadi. Tata sudah kuliah kebidanan.
Mereka tidak menikah dengan latar ingin dengan orang berada, tapi atas dasar cinta. Cie .. cie ... Sekian dan terima kasih.
No comments