Pada hari Selasa lalu (29/10), saya mengikuti acara Bimbingan Teknis Penulisan Cerita Rakyat yang diadakan oleh Balai Bahasa Kemendikbud. Masya Allah senang sekali karena bisa bergabung di acara penulis-penulis senior Penulis sastra Jawa Barat dan biasa menulis dengan bahasa Sunda.
Ini kali pertama saya mengikuti acara Bimtek, jadi harap-harap cemas juga. Kira-kira kesulitan ngga ya.. itu awalnya.
Acara berlangsung di Grand Tebu Hotel sebelum jalan Laswi itu lho. Mulanya sempat terpikir apa itu hotel yang deket SMP 44 ya. ternyata itu mah Hotel Tebu.
Kalau ini Grand Tebu Hotel.
Kesan pertama saat sudah sampai tempatnya bersih, dan pas mau ke acara di lantai 17 rasanya cukup serem juga karena keliatan pemandangan di luar. Baik pagi, siang, sore, malam kebayang sih pemandangan luar kelihatan.
Hotel yang memanjang seperti bentuk persegi panjang kelihatan ada toko brownies amanda dan lain-lain.
Disambut panitia, saya mengisi presensi dan juga duduk di paling depan.Yang patut saya sesalkan karena naskah saya belum tahap editor handal, jadi masih cenderung seadanya. Tapi akhirnya saya bisa tahu bahwaakhirnya saya termasuk yang belum beruntung, belum lolos 15 besar.
Selain saya, ada 15 orang lain juga yang tulisannya belum bisa lolos. Tapi seneng banget dapat pengalaman Bimtek pertama dan naskah saya dikritik oleh pemateri. Kritikannya sangat membantu untuk saya lebih baik lagi ke depannya.
Tentang lokasi kerajaan yang belum ada di tulisan, lalu bagaimana bentuk fisik dari situs yang saya tulis. Pemateri pertama adalah penulis handal yang tulisannya sering dimuat di media massa dan juga cerpen Sunda. Keren banget.
Beliau menyampaikan materi dengan amat baik dan runut. Saya apresiasi karena dapat pencerahan (lagi) tentang ilmu kepenulisan yang sempat terlupakan huhu. Di pemateri kedua ada Pak Ery Budiman yang juga menyampaikan dengan sangat baik.
Beliau menyampaikan kalau sekarang menulis era kontemporer. Ohya saya lupa, dulu saya pernah ikut kajian Pak Yasraf Amir Piliang tentang Dromologi Budaya, dan dulu membahas postmodernisme. Tidak menyangka dari gaya tulisan juga akan berubah. Era kontemporer jika menulis cerita rakyat harus ada unsur modernnya juga biar lebih kekinian. Oh ini yang dimaksud nyastra itu kali, ya.
Wah, pantas juga sih ngga lolos karena tulisan saya asli ngga nyastra yang ini. Hehe.
Beliau juga menyoroti tentang hal yang mungkin yang hadir di acara Bimtek tidak semuanya ingin jadi penulis. "Kalau tidak ya, tidak apa-apa," katanya.
Pengen nanya pas acara tapi malu hehe.. Kadang tulisan saya suka di mention sama pembicara. Batu Kuda, katanya. Batu Kuda.
Kalau saya nulis ngga bisa sedikit. Relate banget sama saya, Pak! Hehe. Kalau bikin judul juga panjang. Wkwk.
"Kalau naskah lolos juri itu mimilikan." Alhamdulillah diundang di acara Bimtek aja udah uyuhan.
Saat acara juga dapat cofee break, makan siang dan juga cemilan. Sore juga ngemil lagi. Alhamdulillah dapat oleh-oleh buku Pemenang Balai Bahasa Jembatan Cadas Gantung.
Saya jadi tahu kalau tulisan-tulisan yang dilakukan rata-rata yang benar-benar asli cerpen.
Singkat, padat dan tidak bertele-tele. Kalau dikasih rezeki lagi moga tahun depan bisa ikut lombanya lagi dan menang. Aamiin
Seorang patriot adalah seorang yang berbesar hari menerima kekalahan. Karena manusia tidak bisa selalu di atas jadi wajar kalau menang atau kalah itu.
Beberapa dokumentasi makanan saat sesi istirahat.
Senang dapat teman baru dan pengalaman. Saat kita mengikuti sebuah acara jadilah kita yang tidak tahu dan banyak bertanya untuk dapat pengetahuan baru.
Sepertinya sy belum cocok nulis genre action di cerita karena kurang menarik dan ada sempalan cerita juga hihi. []
No comments