Menjadi dewasa ternyata tak semudah yang aku kira. Janji-janji hati yang dulu begitu membara mengejar Surga seakan dibenturkan berkali-kali dengan realita.
Dulu, aku begitu bersungguh-sungguh mengatakan Al Quran tak boleh dapat waktu sisa. Sekarang aku mulai menghitung-hitung, mengonversi waktu dengan materi atau pahala. Rasanya jauh menguntungkan kalau ....
Itu adalah secuplik dari tulisan Qoonit berjudul "Bertemu Dewasa, Bertemu Realita". Buku ini merupakan kumpulan tulisan hikmah tentang beranjak dewasa, dan pengalaman Qoonit sendiri dalam menjalani peran barunya sebagai seorang Ibu.
Buku "Bertemu Dewasa" terbagi jadi 3 bagian yaitu Dihambak Ombak Realita, Membangun Bahtera Bermuara Surga, dan Hadapi Dewasa dengan Kepala Tegak.
Setelah buku pertamanya Seni Hidup Tinggal di Bumi dan Novel Nyala Semesta, ini adalah buku ketiga yang saya baca. Sekilas melihat buku ini dari covernya saja sudah menarik: seseorang yang sedang naik perahu dan ada badai di depan mata.
Baca juga: Seni Tinggal di Bumi
Baca juga: Review Novel Nyala Semesta
K.H. Ahmad Dahlan pernah berkata, "Hidup hidupkanlah dakwah, janganlah mencari penghidupan dari dakwah." Ia tidak meninggalkan harta benda sebagai warisan, akan tetapi gerak dakwah yang harus dilanjutkan selepas kematiannya, ia mewariskan beratus-ratus sekolah, RS, lembaga sosial juga gerakan kemerdekaan Indonesia.
Tulisannya menegaskan pada kita bahwa kita lahir dan jalan apapun yang Allah takdirkan, kita hidup layak dan harus dimenangkan.
Tulisannya ringan, tapi mengena di hati. Tulisan ini bisa dibaca oleh berbagai kalangan dari mulai remaja, dewasa awal dan ibu rumah tangga sekalipun.
Saat membaca esai "Overthinking" misalnya kita akan diajak untuk menyadari bahwa jalanan hidup yang kita lalui tak selamanya gelap karena ada cahaya Allah.
Dengan cahaya Allah, kita akan mampu melihat jalan kehidupan dengan jelas. Kita akan tahu arah, mana yang berakhir indah, mana yang berakhir sengsara. Dengan cahaya-Nya, Allah akan bimbing kita menapaki hidup, hari demi hari, jam demi jam, detik demi detik.Tak akan dibiarkannya kita sendirian. Tak akan disia-siakannya orang beriman.
Tiba-tiba kita menemukan kawan soleh, menemukan guru yang bijak, menemukan lingkungan kondusif, menemukan banyak solusi dari masalah kita. Dengan cahaya Allah, hati kita akan tenang karena yakin semua rencana Allah sempurna dan baik untuk hamba-Nya. Allah memang tak pernah menggaransi jalan hidup lurus bebas hambatan. Namun, dengan cahaya- Nya kita akan tapaki jalan mendaki dan berliku dengan tenang, damai, dan penuh keyakinan. Saat berlimpah cahaya itu, akan kita sadari, berbagai masalah hidup ternyata tak serunyam yang kita kira. Begitulah, ternyata obat dari overthinking kita ialah cahaya Allah. (halaman 13)
Khas seorang motivator dalam menjelaskan suatu perkara, dan dibukukan, dicetak, disebarluaskan, itu yang melengkapi, karena biasanya seorang motivator biasa mengisi motivasi dari satu tempat ke tempat lain, tapi tidak membukukannya. Qoonit dalam hal ini membukukan yang membuat jadi jiwa hidup dan terasa bersemangat kembali.
Hati yang lesu atau nyaris padam, bisa terang kembali.
Hal pertama yang membuat terenyuh adalah saat Qoonit menceritakan kisah neneknya yang memiliki 5 anak dan satu persatu meninggal saat di usia muda. Tersisa Ayahnya (ayah Qoonit, Ustadz Abdul Aziz Abdul Rouf) saja yang dikaruniai Allah hidup dan berdakwah sampai saat ini.
Nenek Qoonit karena kehilangan beberapa anak dalam waktu mereka yang masih muda, meninggal usia bayi, meninggal di usia 20-an dan 30-an.
Ya ALLAH...
Menyelami setiap halamannya, seakan memutar waktu saat saya menjalani hari-hari saat memiliki anak dahulu, saat mengasuh anak-anak yang kecil dan terasa waktu yang luar biasa barokahnya ketika menyandang gelar Ibu masyaAllah merupakan moment tidak akan terlupa dan belum tentu kita dapat mengulang momen itu lagi.
Alhamdulillah masya Allah Allah telah mengabulkan semua permintaan saya ketika saya sudah menikah, dan mempunyai anak, lengkap dan lagi-lagi lewat penuturan buku ini, saya merasa teringatkan kembali bahwa syarat menjadi ibu terbaik adalah ikhlas.
Ikhlas adalah satu hal yang pertama yang bisa dipunyai oleh seorang Ibu. Ikhlas bagaimana ia berkorban mengumpulkan semua waktu, tenaga, pikiran dan semua tercurahkan untuk anak dan suami. Hal itu adalah fitrah bagi seorang perempuan.
Mengenal sosok shahabiyah dan sahabat Rasul
Bukan hanya itu, saya merasa jarak antara perjuangan itu begitu dekat kala membaca buku ini. Seperti siapa saja sahabat Rasul pun bisa kita kenal secara tidak langsung dengan membaca kumpulan esai ini. Hal ini juga dikuatkan dengan ayat-ayat Allah dalam Al Quran yang dapat membuat kita merenung.
Terasa berbeda sekali rasanya jika yang menulis adalah seorang hafizh atau penghafal Quran, dan seorang yang cinta dengan sirah, maka kita akan mendapat banyak pencerahan dalam tulisannya.
Saya juga jadi tahu bahwa Qoonit pernah merasa tidak suka saat orang tuanya pergi ke luar kota untuk berdakwah dan hal itu malah hal yang menjadikannya cinta terhadap dakwah saat ini. ketika dipertemukan dengan orang-orang sholeh, jangan-jangan itu karena doa dari kedua orang tua yang meminta penjagaan kepada Rabb saja. Barakallah Qoonit.
Menjadi tersentuh melihat ilustrasi sepasang suami istri sedang naik perahu bersama, rasanya pembaca akan ikut dibawa hanyut ke dalam cerita. Bahwa seorang istri tidak bisa sendiri dalam berjuang di jalan Allah. Dihantam ombak realita tentang perjuangan seorang hamba Allah untuk dapat terus berada dalam jalan Allah, dan selalu mengejar keridhoan Allah semata.
Esai "Dulu Pernah Sholeh" juga menyinggung tentang rindunya saat masa-masa indah saat ikut kajian, bisa berlama-lama dengan Al Quran, dan banyak sekali hidayah-hidayah yang pergi. Cahaya yang Allah cabut kembali.
Menyelesaikan hafalan Al Quran karena itu adalah prestasi. Walau tidak terkenal, tanpa tropi, sorot lampu, tanpa panggung, tepuk tangan dan decak kagum manusia, itu semua adalah prestasi luar biasa di mata Allah. Dan percayalah apresiasi Allah melebihi segala gemerlap dunia.
Rayakanlah prestasi-prestasi senyap kita dengan senyap bersama Allah.
Buku ini saat cek isbn-nya memang tidak didaftarkan. Buku ini dapat dibaca untuk semua kalangan terutama untuk peralihan dari kuliah ke jenjang pernikahan dan menyandang status Ibu dan bagi para pegiat dakwah.
Hal yang saya temukan juga adalah saat kita dibenturkan dengan rasa malas membaca Al Quran, penghafal Quran yang menghafal seumur hidup, dan lainnya.
Terima kasih telah mengingatkan untuk tetap dalam hidayah Allah dan selalu memeluk erat hidayah itu kuat-kuat agar tak lepas apalagi hilang. Bertemu Dewasa untuk tetap kuat dan berserah pada-Nya.
Data Buku:
Judul: Bertemu Dewasa
Penulis: Farah Qoonita
Cetakan: 1, Februari 2023
Penerbit: Kanan Publishing
Jumlah halaman: 196 halaman
No comments