Buku "Memuja Nabi Melalui Fiksi" merupakan sekumpulan esai yakni 7 esai yang membahas sehari-hari
Dari sini saya bisa menyimpulkan kalau sedikit sekali orang yang mau bercerita tentang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Bahkan banyak yang memasukkan tokoh Nabi Muhammad ke dalam cerpen tapi terasa ndableg, ngaco, dan terlalu frontal dan seterusnya.
Karena Nabi Muhammad itu dihormati dan diagungkan tentu menempatkannya dalam fiksi bisa menjadi pertimbangan.
Ini adalah sekumpulan kritik hasil baca dari sebuah karya sastra, seperti cerpen, novel. Topik Mulyana membedah sebuah novel "Sang Penggenggam Hujan" karya Tasaro dengan begitu mendalam, menukik dan mengena.
Saya bisa melihat dari kacamata ahli dan seorang kritikus sastra, namanya sudah tidak asing bahkan merupakan assabiqunal aqqalun. FLP Bandung dan saya melihat beliau mencermati berbagai hal yang mungkin bagi sebagian orang mengganjal atau lho kok seperti ini?
yang sejatinya tentu dengan kritik dapat membuat sebuah karya dicermati.
Dulu pada saat saya membaca Novel Muhammad Tasaro memang dapat saya terima bahwa karyanya itu berat dan saya juga sempat berpikir, bagaimana ya memadukan antara fiksi dan kenyataan?
Karena menulis berkaitan sejarah adalah hal yang harus direka dan dengan yang tidak itu masih belum terbayang oleh saya.
Untuk mengambil kesempatan misal menulis tentang Nabi adalah hal yang berat.
Namun, jika saya bisa menangkap suatu insight dari buku ini, bahwa saya bisa menulis tokoh yang dia mencontoh perilaku Nabi (misal), tokoh yang senang dengan kisah Nabi dan berbinar-binar ketika dibacakan cerita Nabi dan mungkin kelak saya akan menulis buku selanjutnya tentang sosok tokoh utama yang mengidolakan Nabi.
Kritik lainnya, Kang Topik menyoroti sosok akhawat dan membaginya dalam 3 kategori.
Dalam cerpen pertama merupakan sosok yang anggun, santun, luwes, cerdas dan berani.
Bila dibandingkan dengan saat ini tentu sosok Ummarah adalah sosok yang 'langka'. Ia orang yang kehadirannya sangat dinantikan Kiai Sulbi, pemimpin pesantren yang belum lama berdiri di Dili.
Jadi digambarkan Pesantren membutuhkan seseorang yang mampu menghubungkan dengan penduduk Timor Timur, mayoritas Kristen.
Disini ada 7 esai, yaitu: Citra Akhwat dalam Cerpen Indonesia Kontemporer, Dari Pancatantra hingga Finding Nemo, Dimensi Profetik Sajak-Sajak Jeihan, Manusia-Manusia Autentik Mona Sylviana, Memuja Nabi Melalui Fiksi, Muslim Kelas Menengah dalam Tiga Puisi Mustofa Bishri, dan Nabi Muhammad Dalam Cerpen Kita.
Selamat membaca!
DATA BUKU
Judul: Memuja Nabi Melalui Fiksi, Sepilihan Esai Sastra
Penulis: Topik Mulyana
Cetakan: 1, Maret 2023
Penerbit: Yayasan Mata Pelajar Indonesia
Tebal: 120 halaman
No comments