Shalat dengan Munasabah (waktu/momen tertentu) |
Dalam hidup, pernahkah melaksanakan shalat di luar shalat wajib dan shalat sunnah rawatib?
Mungkin dari kita pernah melaksanakan shalat istikharah, atau shalat hajat saat keinginan kita ingin dikabulkan.
Lalu adakah istilah yang tepat untuk menggambarkan shalat dengan tata cara waktu dan momen tertentu?
Ya, ada. Penamaannya yakni Shalat dengan Munasabah.
Menurut Ustadz Ardiansyah Ashri Husein, Lc. MA., Munasabah berarti waktu atau momen tertentu. Sehingga Shalat dengan Munasabah memiliki arti shalat dengan waktu atau momen tertentu.
Seperti shalat Tahajud waktu pengerjaannya yakni malam hari setelah bangun tidur malam hari. Atau Shalat Duha dilakukan pada waktu pagi sampai menjelang siang.
Lalu bagaimana dengan shalat yang lain? Yuk simak selengkapnya.
Tentu kita tahu bahwa hal yang pertama kali dihisab pertama kali adalah shalatnya. Dan kualitas shalat berbanding lurus dengan aspek kehidupan kita.
Saat shalat, kita akan mendapatkan pahala seperti sebuah hadits bahwa,
"Hendaklah memperbanyak sujud kepada Allah Swt., setiap sujud akan diberi ganjaran dan akan diberi ganjaran 1 derajat dan menghapus satu kesalahan."
Shalatlah dengan menjalankan rukun dan syaratnya.
Keutamaan shalat Sunnah
Dengan melaksanakan shalat wajib saja belum cukup. Kita dianjurkan untuk melaksanakan shalat Sunnah (nama lain Shalat Nafilah/Nawafil) juga sebagai pelengkap.
Shalat Nafilah bagian dari menyempurnakan shalat.
Di Negara Arab sudah formal ada ruang khusus.
Nama lain dari jamak Shalat sunnah adalah Nawafil. Selain itu ada thatowwu', nafilah, shalat sunnah.
Terdapat pahala bagi orang yang melaksanakan shalat sunnah 12 rakaat yaitu dibangunkan rumah di dalam surga. Haditsnya sebagai berikut.
"Barangsiapa yang shalat 12 rakaat di dalam sehari semalam maka dibangunkan baginya sebuah rumah di dalam surga." (HR Muslim no 728).
Orang yang melaksanakan shalat sebelum Shubuh akan lebih baik dari dunia dan seisinya
“Dua raka'at fajar (shalat sunnah qobliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim no. 725).
Kategori Shalat
Kategori shalat sunnah ada 2 yakni
- Shalat sunnah Mutlaq. Tidak terikat dengan momen apapun dan
- Shalat dengan Munasabah secara individu dan berjamaah yang terikat dengan waktu dan momen.
Shalat Munasabah secara Individu
Berikut Shalat Munasabah secara individu, yakni:
1. Shalat Sunnah Wudhu dilakukan setelah baru berwudhu.
2. Shalat Sunnah Tahiyatul Masjid atau penghormatan
tahiyatul masjid dilakukan saat begitu masuk ke dalam Masjid. Shalat ini tidak mengenal waktu, kalau kita misal masuk ke masjid dan ingin shalat Tahiyatul Masjid itu bisa. Yakni 2 rakaat.
3. Shalat Sunnah Rawatib yang mengiringi Shalat Fardhu Masjid
4. Shalat Sunnah Syuruq
5. Shalat Sunnah Dhuha
Shalat Duha bisa dilakukan individu, boleh berjamaah. Membiasakan bersama-sama bisa, agar istiqamah dalam rangka edukasi.
6. Shalat Sunnah Istikharah
7. Shalat Sunnah Hajat
Para sahabat Nabi, minta agar dimudahkan Shalat hajat atau hasrat, sampai sandal putus pun dan meminta gantinya kita dianjurkan shalat. Urusan kita menjadi berat karena kita tidak minta tolong kepada Allah.
8. Shalat Sunnah Taubat
9. Shalat Sunnah Tasbih
Sebanyak 4 rakaat sunnah banyak bertasbih ada 300. 75 kali tasbih Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaaha illallah Allahu Akbar.
Setelah membaca Alfatihah, membaca surah 15x, rukuk 10x, suud 10x. duduk diantara sujus 10x dan seterusnya.
10. Shalat Sunnah Tahajud dan Witir
Tahajud sering kita sebut dengan Qiyamul Lail. Tarawih, Tahajud masuk kategori Qiyamul lail boleh bada isya tanpa tidur sama sekali.
Tahajud 1/2 atau 1/3 dikerjakan setelah tidur.
Qiyaml lail lebih umum, sedangkan tahajud lebih khusyuk.
Kalau qiyamul lail tanpa tidur, sedangkan tahajud tidur dulu baru dikerjakan 2/3 malam.
Minimal 2 rakaat maksimal tidak terbatas. Witir pada menjelang subuh atau tengah malam. Tidak boleh mengerjakan 2 kali dalam 1 malam.
Munasabah secara Jamaah
1. Shalat Tarawih
Shalat Tarawih boleh sendiri atau boleh banyak.Shalat Tarawih boleh dilakukan berjamaah. Umar bin Khattab menghimpun orang-orang yang Tahajud sendiri-sendiri di Nabawi, biar terlihat syiar, gaung, persatuan Islam. Awalnya orang-orang shalat tarawih sendiri-sendiri karena bisa menikmati bacaan lebih lama.
Rasulullah saw. semakin panjang semakin baik.
Ramadhan tarawih tidak terbatas tidak lebih dari 8. Boleh sampai 40 rakaat.
Bada isya tarawih 2 rakaat 2 rakaat, atau 4 rakaat 4 rakaat, atau 8 rakaat 8 rakaat.
Hadits Imam Muslim, Rasul pernah shalat 8 8.
Tak ada azan, tak ada iqamah.
2. Shalat Idul Fitri dan Idul Adha
Idul fitri tanpa azan dan iqamah.
Jangan terlalu pagi, boleh makan dulu jam 7. Di Arab sangat siang.
Idul Adha disunnahkan sepagi mungkin, agar proses penyembelihan agar lebih cepat.
Berangkat dari arah dan pulang arah yang berbeda, bisa bersilaturahim dan bertakbir.
Jangan terlalu pagi, boleh makan dulu jam 7. Di Arab sangat siang.
Idul Fitri atau Idul Adha meski bisa dilakukan sendiri, sekurang-kurangnya harus ada 3 orang atau 2 orang yang shalat yakni khatib dan pendengar.
3. Shalat Gerhana
Shalat Gerhana Matahari dan Shalat Gerhana Bulan shalat dua rakaat disusul dengan khutbah gerhana, bisa dilakukan siang atau malam.
4. Shalat Istisqa
Shalat Istisqa minta air atau minta hujan. Disunnahkan berpuasa, disunnahkan beristighfar, dan meminta maaf atas kedzaliman sebab Allah ridha dan menurunkan hujan.
5. Shalat Jenazah atau Shalat Ghaib.
Shalat Jenazah atau Ghaib tanpa rukuk dan sujud 4 kali takbir setelah niat.
Takbir satu kali baca Alfatihah, takbir 2 baca shalawat, takbir 3 baca untuk mayit, takbir 4 doa untuk mayit dan kaum Muslimin.
Jenazah untuk anak untuk investasi kedua orang tua. Padahal anak kecil bukan doa minta ampun. "Ya Allah jadikan anak ini investasi kedua orang tua."
Iftitah bukan merupakan bagian rukun. Bedakan yang rukun niat, berdiri, takbiratul ihram, rukuk, i'tidal, sujud, duduk, sujud, berdiri, tahiyat akhir.
Shalat sunnah yang individu bisa dilakukan jamaah. Shalat jenazah harusnya banyak tp[o sendiri.
Sekian penjelasan mengenai Shalat dengan Munasabah. Semoga bermanfaat.
No comments