Hari telah beranjak
terik. Saya, Eka, K Yadi yang baru saja ikut agenda di Yogyakarta merasa
harus mampir ke Borobudur. Setelah perjuangan naik bis dan delman, kami tiba di
Borobudur. Saat sudah tiba di puncak Borobudur, sejauh mata memandang indahnya langit
membuat takjub.
Berdiri di atas warisan budaya tanah air yang (pernah) menjadi salah
satu keajaiban dunia, tentu merasa bangga. Bukan saja excited bagi wisatawan
lokal, juga menarik bagi wisatawan asing.
Dan itu adalah kali ketiga saya menapakkan kaki di cagar
budaya Candi Borobudur. Saat SMP, saat sama teman-teman kampus, dan saat
bersama kawan di komunitas.
Selalu ada yang bisa diambil dan menjadi pelajaran,
sekaligus tanda Tanya besar saat itu adalah kemana hilangnya kepala
patung-patung di Candi Borobudur?
Hal tersebut menjadi keheranan bagi saya. Desas-desus yang muncul adalah hilangnya sebagian kepala patung di Candi Borobudur karena pencurian, pemalsuan, dan pembawaan cagar budaya secara illegal ke luar negeri.
Kategori Cagar Budaya di dalam UU No 11 tahun 2010
disebutkan mencakup 5, mulai dari benda, situs, bangunan, struktur dan kawasan.
Jumlah cagar budaya di Indonesia kurun waktu 2013-2018 tercatat sebanyak 86.324
cagar budaya yang sudah teregristrasi.
Menjaga cagar budaya merupakan suatu tugas bersama. Maka proses
konservasi minimal yang bisa dilakukan adalah tidak merusak. Sering juga
melihat coret-coret di Candi yang menyebabkan pemandangan atau nilai estetis
menjadi berkurang.
Generasi Milenial & Cagar Budaya Indonesia
Sebagaimana wisatawan lokal, maka banyak diantaranya yang
berkunjung sebagai pariwisata adalah generasi milenial. Generasi milenial
adalah mereka yang umumnya datang, dan melihat warisan budaya masa lalu sambil
belajar sejarah cagar budaya di tempat tertentu.
Menarik karena banyak juga yang membuat event di tempat
cagar budaya seperti outing (ke Dago Pakar) sambil ada gamesnya, atau juga
anak-anak pengajian TPA sore yang jalan-jalan ke tempat cagar budaya kemudian
makan siang bersama.
Generasi milenial ini yang mesti peduli dengan cagar alam
Indonesia, merawatnya dengan cara tidak mencoret-coret benda cagar atau merusaknya.
Umumnya generasi milenial bisa juga mendapat nilai positif
dengan bertadabur ciptaan-Nya.
Pemanfaatan cagar
budaya untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat setempat
Menjual jasa sewa
Saat ada situs cagar budaya, maka ada gerak perekonomian masyarakat setempat menjual jasa untuk wisatawan lokal maupun asing. Kalau ke Pangandaran kita akan menemukan sepeda yang bisa dinaiki beberapa orang sekaligus, bisa juga dengan menyewa Rp 50.000, kita bisa membawa mobil yang digowes dan dinaiki oleh 4 orang.
Saat ada situs cagar budaya, maka ada gerak perekonomian masyarakat setempat menjual jasa untuk wisatawan lokal maupun asing. Kalau ke Pangandaran kita akan menemukan sepeda yang bisa dinaiki beberapa orang sekaligus, bisa juga dengan menyewa Rp 50.000, kita bisa membawa mobil yang digowes dan dinaiki oleh 4 orang.
Selain itu umumnya yang bisa menambah perekonomian masyarakat
setempat yakni menjajakan oleh-oleh khas kota tersebut yang bisa dibawa pulang,
atau mencicipi kuliner khas makanan setempat yang bisa memanjakan lidah.
Urgensi (Pentingnya) Cagar Budaya Indonesia
1. Sebagai daya tarik tujuan wisata keluarga, wisatawan lokal, sampai wisatawan asing
Senangnya Aska ke gua Belanda bawa senter di kepalanya |
Setiap akhir pekan, cagar budaya menjadi daya tarik dan tujuan wisata bagi keluarga, wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Karena masyarakat bisa mendapat nilai sejarah masa lalu dan hal yang bisa dipetik di dalamnya.
2. Nilai estetis suatu cagar budaya dan sebagai pengelolaan, penelitian, pengembangan dan koservasi
Saat berkunjung ke suatu cagar budaya tertentu, maka kita akan melihat nilai sejarah dan apa yang bisa menjadi pelajaran. Selain itu cagar budaya berupa benda atau wujud yang bisa dinikmati keindahannya. Atau seperti museum bisa sebagai penyebarluasan informasi koleksi geologi. Dan sebagai pengelolaan, penelitian, pengembangan dan konservasi.
3. Sering menjadi tujuan event outbond (outing) untuk keakraban
Coach meyakinkan saya untuk loncat ke bawah lagi hamil gede pas itu hihi |
Sekalian 'ngesang' juga bisa menjadi tujuan outbond. Ada games seru, bisa lanjut hiking, keakraban acara kantor, dan bisa selfie sekalian.
Baca juga: Pengalaman seru ibu hamil ikut body rafting
4. Menjadi kenangan indah dan bisa menapak jejak kembali nantinya
Aska memanfaatkan perahu yang 'nganggur' |
Pernah tidak ke suatu kota dan beberapa kali ke suatu tempat? Seringkali iya kan? Misal ke Yogyakarta selalu tak ingin melewatkan ke Malioboro. Atau saat ke Bandung, ingin mengunjungi Tangkuban Perahu.
Kenangan oleh-oleh misalnya kaos/baju, ataupun bros, dan oleh-oleh bisa mendekatkan kita dari tempat tersebut.
5. Mengenalkan budaya bangsa ke mancanegara
Sumber: merdeka.com |
Cagar budaya di Indonesia tidak hanya menarik bagi wisatawan lokal, namun juga wisatawan asing. Hal ini sangat baik, menjadi kebanggaan negeri dan mengharumkan nama bangsa ke mancanegara. Biasanya wisatawan tidak hanya melihat bentuk peninggalan sejarah masa lalu berupa patung dan bangunan, namun sebagaimana definisinya kebudayaan, maka wisatawan melihat bagaimana suatu daerah tersebut dari perilaku keseharian, dari makanan khas, pakaian, dan bagaimana dalam menjalani kehidupan di dalamnya.
6. Tak lupa berfoto sebagai dokumentasi pribadi
Disana Pantai pasir putih foto dulu cekrek |
Hal yang menjadi menarik adalah cagar budaya yang memiliki nilai sejarah dan keindahan sering menjadi tempat tujuan untuk foto pra wedding. Dalam islam sendiri foto pra wedding tidak boleh, lebih baik jika post wedding.
Saat berkunjung ke suatu cagar budaya maka kita tidak akan melewatkan momen untuk berfoto. Sering mendokumentasikan foto pribadi. Tak jarang ada juga penjual jasa fotografi yang menjual secara murah dan bisa langsung print. Saat di Pantai Kendal Yogyakarta 2 bulan terakhir juga 1 foto langsung cetak 10.000 saja.
Generasi Milenial Peduli Cagar Budaya Indonesia
Ada beberapa cara generasi milenial membuktikan kecintaannya kepada Cagar Budaya Indonesia, diantaranya:
1. Menjadi Duta Cagar Budaya di Daerah masing masing
Sudah seharusnya kita menjadi bagian dari suatu cagar budaya dengan ikut menyosialisasikan kepada masyarakat cagar budaya yang khas di daerah/kota yang kita tinggali.
Kita sebaiknya mengetahui seluk beluk sejarah, mitos/keunikan cagar budaya tertentu. Seperti misalnya di Bandung Utara ada Cagar Budaya Dago Pakar ada Gua Jepang, Gua Belanda, akan lebih baik jika masyarakat tau tentang hal tersebut sehingga bisa menjelaskan banyak nantinya kepada wisatawan lokal/ wisatawan asing.
2. Ikut serta memperkenalkan cagar budaya bangsa pada masyarakat bisa lewat sosial media yang ada, atau juga offline kepada teman, saudara jauh, dan lainnya.
3. Tidak merusak atau melakukan vandalisme.
Menurut Pak Panji, seorang wirausahawan yang mengembangkan wisata budaya Heritage Tourism dengan pendekatan pariwisata berbasis partisipasi masyarakat setempat, dalam Debat Publik Pemanfaatan Cagar Budaya, beliau juga menemukan bahwa ketika desa Panggung Kapryak siangnya sudah dicat, malamnya ada yang mencoret. Tapi masyarakat tidak peduli.
Tapi ketika masyarakat dilibatkan, mengajak mereka melihat potensi yang ada di sekitar cagar budaya yang nantinya bisa ditemu kenali, dan ketika Pak Panji membuat Kampung Mataraman, lambat laun mereka akhirnya merasa bangunan itu merupakan bangunan dari mereka, sehingga masyarakat ikut menjaga dan merawat warisan cagar budaya.
Kampung Mataraman mengeksplorasi makanan-makanan khas Yogya zaman dulu yang berasal dari pertanian, perkebunan, perikanan yang ada di sekitar mereka. kemudian dikaitkan dengan mengunjungi 1 situs Kapryak yang ada disana.
Yuk peduli dengan Cagar Budaya Indonesia!
*Tulisan ini diikutkan dalam kompetisi blog Cagar Budaya Indonesia. Jangan lupa ikut serta, ya!
Daftar pustaka:
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/permasalahan-dan-tantangan-pelestarian-cagar-budaya/
https://www.nahimunkar.org/mengagungkan-budaya-adat-melestarikan-syirik-dan-maksiat-2/
Yuk peduli dengan Cagar Budaya Indonesia!
*Tulisan ini diikutkan dalam kompetisi blog Cagar Budaya Indonesia. Jangan lupa ikut serta, ya!
Daftar pustaka:
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/permasalahan-dan-tantangan-pelestarian-cagar-budaya/
https://www.nahimunkar.org/mengagungkan-budaya-adat-melestarikan-syirik-dan-maksiat-2/
Cagar budaya selalu menarik emang mb dikunjungi ya, krn jadi banyak belajar dr masa lalu, supaya nextnya kita jg bs meninggalkan peradaban yg bermanfaat
ReplyDeleteMenjadi "duta" cagar budaya bisa dengan menuliskannya di blog dan / atau upload di media sosial ya, Mbak.
ReplyDeleteWaaah jadi kangen Jogja bunddd...
ReplyDeleteBtw, bener banget! generasi milineal harusnya melek dan sadar ya bund sama cagar budaya Indonesia, semoga banyak yang tersadarkan akan pentingnya setelah mengetahui sejarahnya.
Berkunjung dan mengenal cagar budaya di tiap daerah merupakan wisata yang bagus, bisa menambah wawasan kita. Apalagi sebagai orang lokal, sebaiknya memang mengenal dan peduli cagar budaya tiap daerah di Indonesia, minimal cagar budaya daerah tempat kita tinggal.
ReplyDeleteSetiap kita memang kudu concern dgn cagar budaya.
ReplyDeleteHarus melestarikan, supaya ngga mudah dirusak atau dilupakan begitu aja
Banyak kearifan lokal dari cagar budaya ini ya Mak
Senang banget baca-baca tulisan mengenai cagar budaya Indonesia, ada banyak cagar budaya yang sebelumnya bahkan saya sama sekali belum pernah dengar.
ReplyDeleteButuh kepedulian khususnya bagi generasi milenial untuk bisa lebih peduli dan melestarikan cagar budaya kita :)
Wow udah tiga kali. Saya baru sekali nih tahun 2017. Emang bagus sekali borobudur ini, sayang pas ke sana gak didampingi pemandu. Cuma nebak2 arti pas lihat reliefnya.
ReplyDeleteTeh bukannya Borobudur bukan termasuk keajaiban dunia? tapi masuk ke dalam world heritage? klaim keajaiban dunia hanya ada versi Indonesia saja CMIIW
ReplyDeletebtw aksi vandalisme memang penting banget untuk dicegah merusak banget soalnya dan terkesan kampungan yang melakukan aksi tersebut
Belajar sejarah juga lebih enak kalau langsung datang ke lokasi cagar budaya. Biasanya lebih lama tersimpan dalam ingatan.
ReplyDeleteSudah lama nggak ke borobudur. Setuju, kita semua harus ikut menjaga dan memperkenalkan cagar budaya kita
ReplyDeleteUdah lama kali belum mengunjungi candi Borobudur. Kalau tidak salah tahun 2010 sekarang tempatnya semakin bagus. Tempat bersejarah harus di lestarikan banget.
ReplyDeleteWisata sejarah kay aini harus dilersatrikan dan dikenal kan pada anak-anak ya supaya mereka tau latar belakang sejarahnya juga.
ReplyDeleteBanyak cagar budaya yang rusak juga, semoga pemerintah dan masyarakat ke depannya bisa saling menjaga ya
Ada banyak cara yg bisa kita lakukan utk.ikut melestarikan cagar budaya ya mba.. salah satunya dg menjaga keutuhannya...
ReplyDeleteSetuju sekali, sudah seharusnya generasi milenial membuktikan kecintaannya kepada Cagar Budaya Indonesia
ReplyDeleteSudah saatnya generasi milenial peduli dengan Cagar Budaya di daerahnya ya...
ReplyDeleteMereka bisa ikut merawat dan melestarikannya
Bener, Mb
ReplyDeletePerlu banget dikenalin tempat-tempat bersejarah ke generasi muda
Suka sedih kalau lihat generasi mudah seolah enggak tahu apa-apa ttg negarany
Btw, lihat borobudur d sini jadi kangennn
Terakhir ke sana 2015 xixixi
Moga2 nanti bisa ke sana lagi mengeksplore lebih lagii
Itu guany juga bikin penasaran bgt, Mb
Bener banget nih Mbak, sekarang yang punya peran penting untuk menjaga cagar budaya adalah generasi milenial. Ya kalau bukan kita (para generasi milenial) siapa lagi? Sayang juga kalau cagar budaya seperti candiri borobudur yang telah mendunia ini tidak dilestarikan dengan baik
ReplyDeleteFoto selfienya okee bangeeet...dan aku setuju mba, ada begitu banyaaak sekali cagar budaya yang begitu berharga dan peuh sejarah ya mbaaa
ReplyDeleteNegara kita kaya banget ya dengan cagar budaya. Padahal yang belum terkespos banyak banget. Semoga dengan adanya program Peduli Cagar BUdaya, akan semakin banyak tempat berharga yang muncul.
ReplyDeleteJustru di tangan generasi milenial lah nantinya masa depan Cagar Budaya kita sematkan. Kalau bukan mereka, siapa lagi di masa depan yang bisa merawat cagar budaya kan yaaaa
ReplyDeleteLiat Candi borobudur jadi kangen deh soale terakhir waktu SD ,, masih kecil banget dan belum pernah kesini lagi. Semoga aja secepatnya bisa kesini sama keluarga.
ReplyDeleteAnak2ku lumayan sering diajak ke cagar budaya. Kebetulan di Jogja banyak banget cagar budaya.
ReplyDeleteBener banget kalau cagar budaya terawat bisa jadi lokasi rekreasi dan akan mendatangkan kebaikan/ keuntungan buat ekonomi warga sekitar yaa. Kalau warga sekitar sadar mestinya jg ikutan menjaga dn merawat hehe.
ReplyDeleteSemoga cagar budaya di Indonesia terus terjaga hingga anak-cucu.
ReplyDeleteAgar sejarah ini tak terlupakan dan kisahnya bisa menjadi pelajaran untuk generasi penerus.
Sama kita juga suka pergi ke cagar budaya ya untuk ambil foto meskipun begitu tetap harus menjaga etika ketika berada di situs warisan budaya Indonesia
ReplyDelete