resensi buku Komet, Komet Minor, Ceros & Batozar |
“Kami akhirnya memutuskan memasukkan ruangan ini ke perut bumi. Menguncinya dengan lorong-lorong dan selaput tak kasatmata agar ceros tidak bisa loncat ke atas melarikan diri. Benda atau apa pun memang bisa masuk ke sini, seperti kapsul perak kalian, tapi tidak bisa keluar. Kami juga membuat siklus siang dan malam lebih pendek di ruangan ini, agar ceros tidak merusak banyak hal terlalu lama. Inilah ruangan tersebut. Bor-O-Bdur, tempat kami terkunci entah berapa lamanya.” Ujar Glanggeram pada Ali, Seli, dan Raib. (hlm 73)
CERITA yang asik dan penuh kejutan. Tere Liye menampilkan tulisan ‘berbeda’ dari biasanya. Kisah Fantasi tentang dunia baru layaknya cerita Harry Potter, dunia paralel –begitu menyebutnya. Tulisan Tere Liye ini dengan bahasa yang ringan, dan petualangan di dunia paralel mampu membuat saya terhibur dan mengobati ‘kekeringan’ yang sedang perlu bacaan ‘baru’ dan segar.
Trilogi “Ceros dan Batozar”, “Komet” dan “Komet Minor” merupakan kelanjutan dari buku Tere Liye yang lain yakni “Bumi”, “Bulan”, “Matahari”, dan “Bintang”.
Novel Ceros & Batozar, Komet dan Komet Minor |
Buku “Ceros dan Batozar”, buku ke-4.5 Serial "Bumi" akan membawa kita ke beberapa tempat seperti tempat bersejarah, bawah laut, dan kutub utara. Gaya bahasa ringan, renyah, tidak bosan membacanya, disampaikan Tere Liye dalam novelnya ini.
Cerita digambarkan dengan nilai estetis, menggunakan sudut pandang aku – Raib, dan dalam setiap buku "Seri Bumi" PoV sudut pandang Aku Raib.
Cerita dimulai ketika para siswa di bandara telah bersiap menaiki pesawat menuju tempat bersejarah yang terkenal. Setelah tiba, hal yang mendebarkan karena di tempat bersejarah sensor milik Ali bergetar, mengeluarkan cahaya merah dan mendesing kencang, bahkan mencapai skala 10.
Dengan ILY, interior kapsul perak yang sudah dipastikan tidak terlihat oleh orang-orang, mereka pun bergerak ke bawah bangunan kuno dengan ukuran sepuluh kali lebih besar, dengan kekuatan dunia paralel bersemayam puluhan ribu tahun disana.
Masih dengan mengenakan jaket merah maarun seragam sekolah, mereka mencari tahu kekuatan apa di bawah bangunan kuno itu. Dengan kekuatan masing-masing yang dimilikinya, yakni Ali (sarung tangan Bumi), Seli (sarung tangan Matahari) dan Raib (sarung tangan Bulan), mereka bertemu dengan badak Ceros monster badak bercula empat, keahliannya memanipulasi ruang dan waktu.
Ceros makhluk berlari buas, tinggi 40 meter, badan seperti manusia, kepalanya badak, tapi yang ini hidup. Ia membawa tongkat panjang teracung ke depan. Ceros mengamuk dan menghancurkan segalanya karena mencari alat yang dicuri oleh Si Tanpa Mahkota.
Dalam penyelesaian masalahnya, ada yang mudah ditebak, sekaligus adapula yang tidak mudah ditebak.
Seperti Ceros, saya sudah menduga sepertinya Ceros akan mengorbankan dirinya kembali ke bawah laut dan tidak bisa keluar. Sementara Ali, Seli dan Raib bisa kembali ke sekolah. Bagaimana Ali, Seli dan Raib bisa keluar setelah terperangkap berbulan-bulan di Bor-O-Bdur? Bagaimana Ali, Seli dan Raib dapat bertahan?
Kembali bumi dihebohkan dengan adanya UFO yang terlihat di bumi. Jadi ingat istilah "Muggle" di film Harry Potter. Raib awalnya merasa kesal karena mungkin Ali lupa mematikan mode tidak terlihat. Ternyata salah besar. Ternyata Ufo-seperti kapsul itu dicuri! Batozar, Sang Penjagal pergi ke klan Bumi. Ia bersembunyi dari kejaran Pasukan Bayangan. Ia dipenjara karena kesalahannya membunuh seluruh keluarga salah satu anggota Komite Klan Bulan, 14 orang.
Situasi yang menakjubkan bagi saya dalam buku “Ceros dan Batozar” adalah saat Ali, Seli, Raib hampir kecopetan di angkot, tapi Raib menggunakan 'kekuatan menghilang', sehingga mereka selamat. Selain kekuatan menghilang yang dimiliki Raib, Seli bisa mengeluarkan petir, dan Ali bisa melakukan apa saja.
Rasa ingin tahu yang tinggi, berseberangan dengan Miss Selena yang melarang Ali, Seli dan Raib bertindak gegabah. Mereka pun meredam keinginannya. Sampai saat sedang membeli nasi padang, mereka melihat orang persis seperti foto yang ditunjukkan Miss Selena, Ali malah berani mendekat dan berbicara dengan Batozar.
Puncaknya, Batozar menculik Ali, Seli dan Raib ke hamparan kutub utara yang hanya ada salju dan lolongan serigala yang terdengar. Ia memiliki keinginan untuk melihat wajah anak dan istrinya. Keseruan selama bersama Batozar, justru mereka belajar banyak tentang gerakan aneh bernama Perfettu. Ali juga memiliki keahlian baru, bisa berburu kelinci dan mengerjakan pekerjaan perempuan di dapur, seperti membawa panci, menyalakan api unggun, membawa banyak kayu bakar.
Hal yang sempat terlintas oleh saya adalah apa jangan-jangan Batozar itu Ayah Raib? Tapi Batozar kehilangan anaknya pada usia 5 tahun, pada saat di klan Bulan, sedangkan Raib lahir di bumi, dan Ibunya meninggal saat melahirkan Raib. Jadi tidak mungkin.
Berhasilkah Raib memutar kenangan Batozar melihat wajah anak dan istrinya?
saya dan novel fantasi Tere Liye |
Dalam buku ke-5 “KOMET”, gembar gembor Klan komet ada di klan Matahari membuat Ali, Seli dan Raib ingin segera menuju klan Matahari. Di Klan Matahari, tanpa diduga Si Tanpa Mahkota mengumumkan kemunculannya dalam Festival Bunga Matahari, festival terbesar di dunia paralel. Ia pun sedang mencari Klan Komet.
Dalam buku ini, berharap Si Tanpa Mahkota masuk ke dalam bunga matahari, Ali menyusul ikut masuk ke dalamnya, Seli dan Raib juga menyusul. Mereka terdampar di sebuah pulau yang tak berpenghuni, kemudian diketahui pulau itu berpenghuni setelah Paman Kay membawa Ali, Seli dan Raib bawah tanah dan tampaklah baru ada kehidupan.
Tantangan demi tantangan berhasil mereka lalui. Dari Pulau Senin sampai Sabtu, mereka bertemu dengan kembaran Paman Kay, dari mulai Kakek Kay, Petani Kay, dan lain-lain.
Bertemu Max, usia 40 tahun, tubuhnya kurus tinggi, rambutnya pendek, wajahnya tirus, berjerawat dengan rambut nyaris botak. Ia adalah pelaut tangguh yang diselamatkan saat terkurung di kerangkeng besi di kapal, dan ingin membalas kebaikan Ali, Seli dan Raib.
Keseruan dalam novel ini karena Seli, Ali dan Raib berhadapan dengan hewan-hewan yang kecil tapi sifatnya seperti pencuri, yaitu bintang laut dan hendak mencari boneka milik Cindanita. Masalah lain adalah burung hitam yang merusak hasil panen, dan bertemu perompak kejam.
Gerakan bintang laut lincah, menaiki peti-peti, karung-karung. Saat tiba di atas meja, mereka menemukan jam pasir disana. Mereka berceloteh pelan, paw-paw-paw, demikian suaranya. Mereka terus menyelidik, menoleh kesana kemari. memastikan tidak ada yang melihat. Tapi tiba-tiba… hei, mereka cekatan membawa jam pasir itu turun. Aku menahan napas. Bintang laut ini suka mencuri? (Komet, hlm 164)
Berhasilkah Seli, Ali dan Raib membantu menemukan boneka milik Cindanita?
Puncaknya mereka bertemu Dorokdok dok, perompak paling kejam. Mereka harus menghadapi armada elit perompak. Setelah bertarung dengan perompak, Ali, Seli dan Raib bertarung dengan Dorokdok dok. Ia tak memiliki senjata, tapi ia memiliki enam cincin di jarinya—cincin itulah senjatanya.
Sempat merasa dipermainkan atau kecewa tadinya --karena Klan Komet ternyata juga belum ketemu, bahkan Para Perompak pun berkata bahwa mereka tak berhasil menemukannya.
Ternyata Dorokdok-dok juga mencari pulau itu. Dimana pulau dengan tumbuhan aneh itu?
“Pulau itu adalah pintu menuju dunia lain. Dunia yang disebut dengan nama Komet Minor. Tidak ada yang pernah bisa menemukan pulau itu Nak, karena pulau itu selalu bergerak di lautan, seperti kura-kura raksasa yang terus berenang. Aku mencarinya ke seluruh sudut kepulauan ini, tapi sia-sia. Jika seperti perompak seperti kami tidak bisa menemukannya apalagi orang lain. Aku tahu kalian datang dari langit. Ribuan tahun terakhir juga ada beberapa dari kalian yang berusaha menemukannya, tapi semua berakhir sia-sia.” (Novel Komet, hlm 287)
Dan di akhir buku “Komet”, bukan saja Ali, Seli dan Raib yang marah, kecewa, kesal --saya pun juga- terutama kesal- karena baru saja mereka tiba di pulau dengan tumbuhan aneh, dan pintu portal juga terbuka kapanpun, Ali Seli dan Raib telah terperangkap jaring perak! Ali, Seli dan Raib “dijebak”. Cukup membuat penasaran untuk membaca lanjutannya bukan?!
Di cerita pembuka buku keenam"Komet Minor", Ali, Seli dan Raib merasa bahagia karena dalam keadaan terperangkap masih bisa memanggil seseorang yang mereka butuhkan lewat portal cermin.
Sebelum ke Klan Komet Minor, mereka harus bertarung dengan Si Tanpa Mahkota. Pertarungan hebat penyelamat Ali, Seli dan Raib lebih unggul dengan kakinya lincah bergerak, tubuhnya tangkas menghindar, tangannya menepis dan membelokkan. Puncaknya, ia pun melancarkan teknik totokan yang membuat Si Tanpa Mahkota jatuh ke dasar pulau. Memang totokan hanya mampu bertahan beberapa detik, tapi kemudian Si Tanpa Mahkota tertinggal. Ia marah, mengamuk, melepas pukulan berdentum ke sembarang arah.
Alasan mengapa Si Tanpa Mahkota berambisi ke Klan Komet dibahas di buku sebelumnya “Ceros dan Batozar”, Si Tanpa Mahkota ingin menguasai semua teknik paralel. Jika Klan Bulan, Klan Matahari, dan Klan Bintang bersekutu, Si Tanpa Mahkota mesti menggenapkan tekniknya.
Jika Si Tanpa Mahkota ingin menggenapkan tekniknya, maka ia harus menemukan komet. (Novel Ceros dan Batozar, hlm 283).
Hal hal ringan seperti panggilan Batozar kepada Raib, "Putri Bulan" panggilan perompak kepada Raib, Seli dan Ali panggilannya "Nona Tangan Penyembuh", "Nona Tangan Berpetir", dan "Tuan Rambut Berantakan". Panggilan khusus Si Tanpa Mahkota kepada Batozar dengan menyebut "Si Bukan Siapa-Siapa", sedangkan kebalikannya Batozar memanggil dengan "Nir Mahkota.
Keseruan dalam novel “Komet” karena setiap pulaunya memiliki ciri khas masing-masing, seperti Pulau Hari Senin dekat pantai, dan seterusnya. Sempat berfikir, mengapa Tere Liye mengambil nama-nama hari untuk dijadikan nama pulau? Mengapa bukan nama yang lain? Atau juga seperti Dorokdok dok, seorang pemimpin perompak. Mengapa namanya mesti Dorokdok dok? Namanya aneh, tapi saya langsung teringat dengan film Pirates.
Dari latar tempat, penulis menggambarkan tempat dari Pulau Hari Senin, Pulau Hari Selasa, dan sampai Pulau Hari Minggu memiliki ciri khas masing-masing, dan berbeda satu sama lainnya. Membaca latar tokoh novel terasa filmis sekali.
Menjadi kritik adalah karakter tokoh Batozar, tubuh tinggi besar, wajahnya menyeramkan, bekas luka besar, mata kirinya rusak menyisakan warna merah darah, tapi di buku “Komet Minor” dituliskan percakapan yang agaknya membuat sosok Batozar yang kokoh menjadi agak lucu juga. Jadi kesan garangnya luntur.
“Aku sih ingin pergi dari sini, Nir… Tapi aku yakin sekali, anak-anak inilah yang menemukan Pulau Hari Minggu. Portal itu terbuka untuk mereka, bukan untuk seorang pangeran yang galau, baperan sekali ribuan tahun.” (Komet Minor, hlm 12)
“Aku bukan siapa-siapa. Berapa kali lagi harus kubilang, Nir. Dan itu hanya satu-dua trik biasa, tidak ada spesialnya. Mungkin kamu terlalu lama di dalam penjara, jadi kudet perkembangan di Klan Bulan.” (Komet Minor, hlm 17)
Terkadang ada pengulangan dalam setiap bukunya. Jadi kalau pembaca tidak sempat baca buku secara berurut dari judul pertama, "Bumi" tidak apa-apa, jadi bagi mereka yang mulai membaca novel petualangan ini dari buku ke-4.5 (baca: seperti saya), tetap masih bisa dinikmati dengan asik. Suka saat Tere Liye berhasil menulis novel petualangan berseri seperti ini.
Saya sedang membaca novel Komet Minor |
Di buku “Komet Minor” buku ke-6, Ali, Seli dan Raib kembali berpetualang, di ekosistem mikroskopis dengan pembesaran berkali-kali seperti menyaksikan hewan, tumbuhan sel, bakteri, dari layar mikroskop.
"Tapi merekalah (yang dimaksudkan hewan, tumbuhan, dst) yang berukuran besar, sedangkan kami (Seli, Ali dan Raib) kecil.” (Komet Minor, hlm 24)
Mereka bertemu dengan berbagai macam hewan yang "ganjil", seperti cacing panjangnya hingga 5 meter dengan diameter tak kurang dari ½ meter, memiliki dua mata hijau, tanduk berwarna hijau di kepalanya, mulutnya terbuka menunjukkan taring-taring tajam yang mirip gading gajah.
“Cacing itu mengeluarkan cairan hijau dari mulutnya, menyembur ke tubuh Seli. Cairan itu membentuk jaring –seperti jaring laba-laba, mengikat Seli, menggigit Seli dan berusaha menarik tubuh Seli masuk ke liang tanah.” (Komet Minor, hlm 70)
Di buku “Komet Minor” mereka mencari tiga potongan tombak. Dalam pencarian tersebut mereka bertemu dengan kadal kadal besar, harus mendaki menara yang dihujani banyak peluru. Kemudian tantangan tantangan lainnya dari Para Pemburu.
Cerita yang seru, mendebarkan dan tak mudah ditebak. Saya akui Tere Liye pandai menghubungkan, menyimpulkan satu cerita ke cerita lainnya. Hal hal kecil seperti alat alat pun sangat berguna bagi mereka di saat-saat genting.
Pertarungan melawan Si Tanpa Mahkota pun berakhir disini. Namun masih menyisakan tanda tanya bagi saya. Bagaimana dengan ST4R dan SP4RK, kakak beradik dari Proxima Centauri yang hendak menelusuri keberadaan Ratu Calista yang ingin menyerbu seluruh dunia paralel? Akankah berarti ada buku ketujuh dari "Serial Bumi"? Lalu bagaimana kelanjutan perjalanan Seli, Ali, Raib? Akankah bertemu dengan musuh yang lebih mengerikan? Selamat membaca! []
Identitas Buku
Judul: Ceros dan Batozar
Penulis: Tere Liye/ Co-author: Diena Yashinta
Cetakan: Ketiga, Juli 2018
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 359 halaman
ISBN: 978-602-0385-914
Judul: KOMET
Penulis: Tere Liye/ Co-author: Diena Yashinta
Cetakan: Ketiga, Juli 2018
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 372 halaman
ISBN: 9782-602-0385-938
Judul: KOMET MINOR
Penulis: Tere Liye/ Co-author: Diena Yashinta
Cetakan: Pertama, 2019
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 376 halaman
ISBN: 978-602-0623-405
Owalaaah, tulisan bang tere liye toh hihi... pantesan seru amat :)
ReplyDeleteseru kayaknya dari baca tulisan teteh :)
ReplyDeleteWah aku juga ngikutin petualangannya raib mbak! Seru banget dan membayangkan kalau itu dijadikan film
ReplyDeleteWah tampaknya asyik dibaca ya.. Tapi, apakah buku2 ini bisa dibaca masing-masing / terpisah / acak atau harus urut?
ReplyDeleteBisa mba, ga harus urut. Bisa dibaca dari buku mana aja. Masih bisa ngerti kok. ��
DeleteBaru tahu kalau Tere Liye juga nulis fantasi ya
ReplyDeleteunik banget teh bukunya, nama2nya juga lucu. Tere Liye sukses aja bikin penasaran.
ReplyDeleteYa ampun nama-namanya seru banget mbak.. jadi penasaran mau baca bukunya juga nih.. serial gitu ya mba.. kadang buku serial itu membosankan, tapi ada juga yang malah ditunggu-tunggu para pembaca.. kalo dari nama sang penulis sih kebayang ya bagaimana gaya bahasa dalam tulisannya
ReplyDeleteBuku Tere Liye selalu bikin mupeng. Awalnya saya gk begitu tertarik sama genre fantasi, tapi setelah baca artikel ini jadi pengen baca nih mbk tanggung jawab mbk dah bikin ngiler bukunya Tere Liye:-D
ReplyDeleteWaaooo TEre Liye?
ReplyDeletesama sekali mengejutkan, setau saya Tere Liye jarang menulis buku kayak gini, fantasi yang sama sekali bikin saya mikir pas bacanya hahaha
Tapi jujur, saya lebih suka bukunya beliau yang biasanya sih, atau mungkin karena saya belum familier kali ya bang Tere nulis kayak gini :D
Ini buku Tere Liye? Wah keren ya sekarang merambah ke fantasi, jadi penasaran ingin baca
ReplyDeletePenulis itu bisa saja ya nemu nama yang unik dan aneh bgitu, hehehe, seru tuh kayanya petualangannnya. Dari kecil aku suka baca cerita fantasi, jadi penasaran sama buku ini
ReplyDeleteWoah baru tau teh kalau Tere Liye punya novel fantasi juga. Kalau aku anaknya visual banget jadi tiap baca novel fantasi suka bosen karena nggak ada gambarnya, jadi lebih cocok nonton film fantasi sih hahaha
ReplyDeleteAku ngikutin bener2 semua buku2 Tere liye tapi utk seri yang ini baru sampai Bulan.... Jadi ingin lanjut lagi!!
ReplyDeleteWuuihh Tere Liye punya novel fantasi juga ya kayak Harpot gitu. Keren bangeett... Baru tau loh klo novel2 itu bergenre fantasi. Kirain kisah2 a la Tere Liye yg kyak biasanya.
ReplyDeleteAKu masih ngumpulin novel Tere Liye yang seri ini, baru punya tiga dong karena beli yang harga diskon, haha.
ReplyDeleteDan dari tiga buku itu, nggak ada buku pertamanya. Ogut jadi bingung sama alur ceritanya waktu baca buku dg judul Bulan XD #THRbeliBUMI
Keren ya imajinasinya, saya jadi pengen baca lebih lanjut karyanya Tere liye memang selalu buat penasaran ya. Ini seperti buku trilogi ya mba :)
ReplyDeletesebenarnya ada 6 bukunya, tapi yang saya review ada 3 ^_^
DeleteTere Liye keren yaaa nulis novel dengan genre fantasy gini. Berasa kayak ngikutin Harpot gitu yaaa... Tadinya aku nggak tau lho pas lihat cover bukunya tuh nyeritain soal apa.
ReplyDeleteBaca ulasan di atas sepertinya makin seru ya petualangan Raib, Seli dan Ali. Saya baru baca novel serial Bumi-nya Tere Liye ini sampai di Bintang. Tiga buku yang diulas di ataa belum sempat, jadi penasaran deh
ReplyDeleteKalau baca bukunya terpisah-pisah bakal bingung sama alurnya gak, Mbak? Kayaknya seru ya ceritanya
ReplyDeleteWah, saya baru tahu kalo Tere Liye yang menulis buku tsb soalnya saya biasanya lihat buku Tere Liye seputar motivasi.
ReplyDeleteWah paling suka baca buku genre fantasi soalnya suka bikin imajinasi kita melayang ke mana2 dan melupakan beban hidup sejenak hahaha. Cobak nanti cari ah bukunya Tere Liye yang ini!
ReplyDeleteSukaaa banget, teh...
ReplyDeleteIni 3 buku kenapa di review jadi satu, teh...?
Aku jadi sdikit kewalahan membayangkannya...
Tapi seriuuss...
aku mandeg di Matahari.
Jadi belum lanjut ke Ceros dan Batozar.
Rasanya yang Matahari, plot ceritanya agak menurun yaa..
Apa karena aku masih belum bisa nerima kenyataan kalau ILY meninggal dan malah jadi nama pesawatnya Ali.
Huhuu~
Tapi aku sadar.
Dalam setiap perjuangan, pasti selalu ada korban.
Semoga korban ini membawa keberhasilan.
Gak sabar juga sama perjumpaan Raib dan orangtuanya.
Aku yakin, ayahnya masih ada.
Wah aku mau nyari ah bukunya. Kudu baca nih. Aku pecinta novel fantasy soalnya mbak
ReplyDeleteWah tulisan Tere Liye terbaru ya...jd pengen beli. Blio penulis favorit anak2ku kaka n teteh...kalau lg di Indonesia pasti kk beli...di rumah hampir kumplit buku2 punya tere tuh...hehe
ReplyDeletebaca novel genre begini ngga boleh disambi-sambi yaa,harus langsung tuntas biar terasa gregetnya
ReplyDeletebener mba, saya pun nyelesain buku ini seneng aja ga sambil baca buku lain karena saking serunya petualangan Ali, Seli dan Raib ^^
DeleteAku sudah baca komplet nih mba.. dan koleksi aku lengkap juga yang seri ini. Asli keren dan seruuu ikuti petualangan Raib, Sally dan Tuan Muda Ali hehehe
ReplyDeleteWah mantap Mbak, keren ^-^
DeleteWah, kujadi penasaran dengan cerita seluruhnya. Seru banget kayaknya. Mana Tere Liye pula. Penulis idolaku. Kudu baca ini. Aku suka fiksi fantasi gini. Nyari aaaah :D
ReplyDeleteMbaaa aku mupeng belum baca semuanya. Wakakak aku sampe hujan. Aduhhh jadi pengen lanjut baca nerusin ampe ending
ReplyDeleteWah, seru banget teh... Saya baru baca bumi aja, belum sempet baca lanjutannya... Eh ternyata udah ada lg trilogi baru ya...
ReplyDeleteWah aku baru tahu kalau bukunya Tere Liye yang ini fiksi fantasi.Kukira drama kayak biasanya. Hmm, jadi pgin baca
ReplyDeleteBaru tahu kalo Tere Liye melahirkan buku fantasi juga, mana berseri pula. Keren, nih, makin kaya dunia literasi Indonesia.
ReplyDeleteJadi ingin baca juga buku fiksi tere liye ini. Thanks for sharing yaaa teh
ReplyDeleteAku suka banget cerita-cerita fantasi kayak gini. Dan berharap banget cerita ini bisa difilmkan, hehehe
ReplyDeleteDari dulu suka banget buku-buku Tere Liye, tapi khusus yang Genre ini aku belum tuntas bacanya sih, hehe. Tp setelah baca Reviewnya kk kayaknya seru banget, bikin penasaran.
ReplyDeleteUntuk penulis Indonesia yang menulis sci-fi, menurut saya ini emang sangat bagus, dan banyak masuk pengetahuan-pengetahuan berharga. Tapi dari segi keseluruhan, aku kok kayak kurang puas gitu ya sama endingnya, dan sama keseluruhan ceritanya. Ditambah lagi, ada spinoff yang kurasa emang nggak penting-penting amat untuk di buat, seperti ratu calista, dan si putih. Mengapa baru di sebut sekarang coba? Kan manjang-manjangin, hadeuh.
ReplyDeleteWkwk bener banget mba, hihi
Delete