Deskripsi Masjid Salman ITB Bandung


Deskripsi Masjid Salman ITB Bandung

Oleh Sri Al Hidayati

Pukul 6 pagi
Sepoi angin malam menawarkan dingin yang menusuk. Pohon masih berdiri kokoh. Dirinya kuat diterpa malam yang dingin dan siang yang terik. Badan jalan tampak lengang. Suara binatang malam menemani dingin dini hari itu. Hanya ada satu dua kendaraan yang lewat mengiringi pagi yang sebentar lagi akan menampakkan sinarnya.

Lampu-lampu berdiri di sebelah pohon meski tak setinggi pohon, lampu-lampu yang menyerupai tiang-tiang telah menjadikan malam tak begitu gelap.

Sebentar lagi subuh tiba. Beberapa orang sudah bangun dan berjaga di masjid. diantaranya ada yang membacakan ayat-ayat suci Al Quran, ada yang bersiap wudhu dan bersiap azan. Tibalah azan tiba. Suaranya azan menyentuh ke hati.

Sesiapa orang yang mendengar akan terenyuh, dan tergerak untuk mengawali hari dengan shalat subuh. Sehabis subuh tampak kehidupan mulai bergerak begitu cepat. Orang-orang lalu lalang mempersiapkan pagi untuk berniaga. Di komplek masjid tersebut ada kantin yang menyediakan makanan untuk ribuan mahasiswa nantinya dan mereka telah berjaga memasak.

Baca juga: Melingkar di Masjid Salman, Yuk! 


Pukul 12 siang
Di kawasan masjid kampus siang hari, mulai menggeliat berbagai aktivitas. Ada yang baru keluar kelas langsung ke toko makanan untuk menyambangi beberapa makanan yang sempat tertunda karena tak sempat sarapan.

Sisanya kebanyakan sudah bersiap menuju satu titik pusat masjid untuk melaksanakan shalat dzuhur. Berbagai jurusan kampus ruah tumpah di masjid.

Wajah-wajah mahasiswa beserta tas di gendongan dan jas almamaternya mewarnai pemandangan siang itu.

Di pelataran masjid dari kejauhan terlihat mahasiswi dan aktivis kampus yang telah memakai mukena yang disediakan masjid. Rapi dibungkus plastik putih saat menerimanya.

Masjid ini pun menyediakan teh dan kopi gratis kebanyakan dinikmati sehabis shalat duduk-duduk di koridor dekat tempat penitipan sepatu masjid.

Suasana yang menenangkan hati ditambah lagi tak ada asap rokok atau orang yang merokok karena masjid ini bebas asap rokok.

Sehabis shalat, kegiatan kembali ‘hidup’ terus di masjid tersebut. Seperti agenda rapat kampus, mengerjakan tugas kelompok, kajian-kajian, kegiatan ekstrakulikuler di gedung kayu Salman.

Masjid Salman ITB Bandung

Pukul 4 sore
Sore hari di Salman, ramai dengan kehidupan kampus yang dinamis. Mahasiswa banyak yang singgah untuk shalat ashar dan melanjutkan kegiatan mereka seperti berdiskusi, mengerjakan tugas kampus, atau rapat. Sementara yang lain bukan mahasiswa ITB datang di sore hari untuk berkumpul dalam forum kepenulisan FLP beberapa tahun lalu itu, hal yang selalu dinanti, membincangkan sastra, berdebat, dan berdiskusi tentang tokoh dan karya dalam sastra.

Peserta yang hadir kebanyakan bukan saja dari mahasiswa, namun juga dari pelajar, ibu muda, penulis, dan umum. Sesekali dalam perbincangan sastra ini bukan saja berdiskusi, namun juga jadi ajang latihan menulis.

Makin sore, pemandangan langit dari Masjid Salman semakin gelap. Warna jingga dan pepohonan
seketika seperti senyap, dan aktivitas kampus sedikit sedikit mulai berkurang. Banyak yang hendak pulang ke peraduan masing-masing untuk beraktivitas keesokan harinya.

Lampu di selasar masjid telah berwarna kuning sebagai tanda telah dekat dengan azan maghrib dan setiap orang bersiap segera melaksanakan shalat maghrib.

Pukul 11 malam
Suasana Masjid Salman jam 11 malam sudah sepi. Sekitaran Salman seperti di Gelap Nyawang masih hidup antara lain kafe-kafe dan tempat makan atau warung yang menawarkan hidangan malam. Badan jalan mulai sepi dari kendaraan. Yang terdengar hanya suara binatang malam dan angin malam yang seperti berbisik, seolah bertasbih dari kejahatan malam.

No comments