Resensi buku Dalam Dekapan Mukjizat Al Quran |
Sehari setoran bisa 5 halaman per hari. 5 halaman per hari. Luar biasa. Allahu Akbar.
“Kun fayakun” jika Allah berkehendak, maka jadilah. Tidak ada satu hal pun yang dapat menghalangi. Itulah yang terjadi padaku.
“Atas kehendak Allah, 15 juz berhasil kuhafalkan dalam waktu 6 bulan. Setiap bulan perolehan hafalanku tidak rata. Kadang-kadang 3 juz, kadang-kadang 2 juz. Setoran dalam satu hari pun tidak sama. Namun rata-rata bisa lima halaman per hari.” (halaman 14)
*
Buku “Dalam Dekapan Mukjizat Al Quran” ini berisi kisah Muslimah dari berbagai profesi yang berjuang menghafalkan Al Quran dan istiqamah mengulang hafalan dan memetik manisnya di akhir.Rasa bahagia telah berhasil menghafal seluruh ayat-ayat Al Quran tak membuat berhenti di situ, tapi terus mengulang hafalannya juga. Berbagai profesi tak menghalangi muslimah untuk bisa menghafal Al Quran. Dari mulai ibu rumah tangga, guru, penulis, dokter, aktivis muslimah, sampai anggota DPRD pun menghafal Al Quran.
Di dalam buku ini pun saya mengenal beberapa penulisnya dari mulai Resti Faojiah Ahmad, Runingsih ibu dari adik kelas di SMA, Lana Salikah yang pernah menjadi guru saya ketika menghafal Al Quran, dan Salmiah Rambe yang pernah mengisi kajian muslimah.
Dari semua itu mereka memperjuangkan Al Quran dan ada ketenangan hidup dalam Dekapan Mukjizat Al Quran.
Pengakuan dari Ruli Kurnia Dwicahyani, penghafal Al Quran yang berhasil menyetorkan hafalannya di Masjidil Haram, bahwa banyak pengalaman yang didapatkan selama proses mengkhattamkan hafalan.
“Yang sangat terasa, aku merasa tenang dalam menjalani hidup. Dulu, aku mudah panik dan khawatir, suka berpikir yang tidak tidak. Sejak menghafal Al Quran, rasa khawatir dan waswas semakin berkurang. Aku juga merasakan hubungan dan komunikasi dengan suami dan anak-anak semakin baik. Perbedaan pendapat atau ketegangan mudah untuk dilunakkan dan dicari solusinya.” (hlm 38)
Setelah menghafalkan Al Quran, hidup menjadi berkah. Dan dalam aspek apapun, kebaikan bertambah.
Suatu hal yang ditakutkan banyak ibu saat ini juga adalah pengaruh buruk yang dibawa lingkungan kepada anak-anak kita. Maka Al Quran adalah jawaban yang mampu menjaga anak-anak kita. Membekali anak dengan Al Quran dan menjadikan Al Quran sebagai perisai.
Perjuangan seorang ibu yang menghafal Al Quran dari rentang 1998 sampai 2015 juga membuktikan bahwa meski kita tertatih-tatih dalam menghafal Al Quran, toh kita akan berhasil juga menyelesaikannya jika keinginan itu kuat terus dalam hati.
Banyak tilawah memudahkan dalam menghafal
Yang membuat menohok juga adalah mengutip dari Ustadzah Lana bahwa menghafal itu intinya “akhtsarut tilawah” jangan harap bisa mudah menghafal tanpa banyak tilawah. Semakin banyak tilawah, akan semakin terampil kita melafalkan rangkaian kata yang ada di dalam Al Quran. (hlm 94)
Menanamkan Cinta Al Quran di setiap aktivitas
Dalam dekapan mukjizat Al Quran |
Teh Lana biasakan bayinya ikut mendengar murajaah. Teh Lana ingin anaknya tahu bahwa ibunya telah melewati masa-masa melelahkan untuk bisa menghafal Al Quran dan berharap ia bisa menghafal Al Quran.
Proses murajaah Al Quran pun bisa dimana saja, sambil main dengan anak, sambil masak di dapur, dan sambil mencuci piring pun bisa menghafal.
Yang paling saya ingat ketika dalam majelis dulu, Teh Lana pernah cerita (dalam diceritakan dalam buku ini) bahwa beliau memiliki penyakit Autoimun dan qadarullah penyakit itu lenyap karena Teh Lana yakin Allah Maha Menyembuhkan dan banyak sekali hikmah ketika menghafalkan Al Quran.
Dalam buku ini pun terdapat tips menghafal Al Quran dari Salmiah Rambe dan Runingsih. Yang mesti saya coba itu pengen sebelum menghafal Al Quran, membaca dulu arti dan tafsirnya, sehingga saat menghafal paham apa ayat yang dibaca. Selamat membaca!
Judul: Dalam Dekapan Mukjizat Al Quran
Penulis: Lana Salikah Azhariyyah, Salmiah Rambe, dkk
Cetakan: ke-2, Juli 2018
Penerbit: Sygma Creative Media Corp
Tebal: 254 halaman
ISBN: 978-979-055-834-2
No comments