Hari ODOP ke-21 ini, saya flash back saat ikut komunitas menulis saat SMA dan kuliah dulu. Banyak hasil karya berupa Cerpen, Puisi, yang saya hasilkan, tapi mungkin belum sampai naik cetak ke koran nasional. Pernah ke koran lokal, itupun sekali.
Selama ikut komunitas tersebut, saya punya mentor menulis yang membimbing saya menulis. Karena tertarik dengan Kelas Cerpen, saya dan teman-teman yang suka Cerpen, masuk ke kelas yang sama. Dan dari sana saya memulai.
Kemudian saat sedang senggang hari ini, saya melihat tulisan-tulisan senior saya di FLP. Dan ada tulisan K'Wildan, mentor saya dulu. Tulisannya tentang Kritik Sastra. Kritik Sastra inilah yang kadang membuat jadi malas menulis, atau justru sebaliknya, jadi pelecut menulis. Jadi setiap karya penulis, tentu akan ada kritiknya. Seperti kita tahu, seterkenal Tere Liye saja terkadang mendapat kritik dari para kritikus sastra. Begitupun karya Habiburrahman El Shirazy.
Berikut Wildan Nugraha, dalam tulisannya "Kritik Sastra", memaparkan secara jelas mengenai kritik sastra.
Menyusun kritik atas karya sastra ialah salah satu upaya apresiasi sastra. Seorang penulis kritik yang baik akan bukan hanya mengedepankan semacam sinopsis sebagai sisi permukaan karya, tetapi lebih dalam lagi ia menemukan hal-hal unik dan terpendam atas sebuah karya: kekayaan makna, kebaruan bentuk, kesegaran gagasan, dan banyak lagi. Sebuah karya kritik yang baik lahir dari pembacaan kritis atas suatu karya.
Kegiatan kritik bagi karya sastra, dalam pendapat Sheldon Norman Grebstein, merupakan hal yang penting. Ia memengaruhi penciptaan sastra-tidak dengan cara mendikte sastrawan agar memilih tema tertentu, misalnya, melainkan dengan menciptakan iklim tertentu yang bermanfaat bagi penciptaan seni besar.
Selain itu, bahwa dalam perjalanan sastra Indonesia, misalnya, juga dalam sejarah sastra dunia, kritikuslah justru yang "menemukan" para sastrawan berbakat. Chairil Anwar "ditemukan" HB Jassin, Franz Kafka dibesarkan oleh kritikus Max Brod.
Saat ditempatkan dengan baik, justru kritik sastra menyuburkan dunia sastra. Kritik adalah pengalaman yang ditulis secara kritikus secara utuh berdialog dengan sebuah karya sastra.
Kritik yang baik dengan demikian bukanlah sebuah interprertasi yang kaku, tetapi semacam kesan-kesan pribadi yang memberikan isyarat kepada pembaca-pembaca yang lain untuk membacanya, untuk mengulang bacanya.
Kritik berhenti tepat di depan sebuah sajak:ia tidak mencampuri dialog yang mungkin terjadi antara sajak dengan pembacanya. Tidak menghias sebuah sajak agar tampak lebih menyenangkan, juga tidak mengotorinya. Semacam pembangkit rasa ingin tahu, kritik yang baik mampu menggoda pembacanya untuk memperhatikan kembali masa silam, membaca kembali sajak-sajak yang "hilang" karena debu waktu.
Mengutip Budi Darma, kritik sastra bermula dari karya sastra itu sendiri. Sebuah karya sastra yang buruk tentu saja tidak inspiratif baik bagi pengarang lain maupun bagi kritikus sastra. Karya sastra yang baik dapat meledakkan imajinasi pengarang lain, dan menggelindingkan pengarang tersebut untuk menyelesaikan karya sastra. Dan karya sastra yang baik juga dapat membius kritikus untuk menulis kritik sastra terhadap karya tersebut. Sajak TS Elliot misalnya banyak yang berasal dari karya-karya sebelumnya.
Demikianlah tanpa kritik kita cenderung untuk berbuat hal-hal yang tak semestinya. Kritik yang baik sangat bermanfaat baik bagi sastrawan maupun bagi pembaca; selama semua mengetahui peran yang sebenarnya. Kritik diperlukan untuk kelanjutan perkembangan sastra.
Sehingga Kritik Sastra dan Karya penulis saling bersinggungan. Jadi kalau kita menulis, dan mendapat kritik Tetap menulis, ya.
#ODOP
#odop21
#BloggerMuslimah
Dulu pas masih tinggal di Sby saya jg aktif ikutan FLP, begitu pindah Jkt jadi emak2 malah gak pernah hehe #curcol
ReplyDeleteEmang kalau mau produktif kudu sering2 kumpul sama komunitas produktif jg ya mbak :D
Trus yg namanya kritik emang diperlukan, terutama dr orang yg lbh kapabel lha :D
iya mba, aku kangen dengan komunitas menulis dan para mentor yang ngasih materi-materi bagus tentang kepenulisan, hehe
ReplyDelete