Yuk jadi orang tua shalih sebelum meminta anak shalih |
Di dunia ini, satu-satunya pekerjaan paling menantang, bahkan jarang mendapatkan penghargaan atau ucapan terima kasih, adalah menjadi orang tua.
Menginspirasi. Hal yang pertama saya temukan di halaman awal buku ini. Diawali dengan kisah penulis yang bertemu dengan beberapa sepuh tetangganya yang hidup sendiri di masa tua nya menantikan anak-anaknya untuk pulang, tanpa tahu kapan, dan mereka masih sangat memiliki harapan tersebut. Tentu kita ingin menjadi anak yang shalih, bukan?
Buku ini menjawabnya. Pertama, buku ini secara tuntas membahas mengenai paradigma tentang siapa sebenarnya anak kita. Sehingga menjelaskan perkembangan anak kita sesuai dengan usia tumbuh kembangnya. Kedua, memuat “cara” praktis bagamana menyelesaikan masalah dengan anak. Ketiga, menjaga komitmen untuk selalu sabar dalam menjadi orang tua yang baik.
*
Tertohok dengan sebuah pertanyaan. “Apa kita merasa terbebani ketika menjadi orang tua?” atau kalimat lain,Katanya anak adalah anugerah,
tapi mengapa sebagian ibu
yang memilih membesarkan anak secara penuh,
justru malah terlihat lelah dan stress menjalankannya?
Hal yang patut direnungkan pula bahwa jangan-jangan kita asik sendiri di rumah melewatkan banyak waktu, bukan bersama anak, tapi hanya di dekat anak saja. Sesibuk apapun kita, sediakan waktu bersama anak.
Dalam kehidupan sehari-harinya, Pak Ihsan Baihaqi dan istri yang telah dikaruniai 6 orang anak ini, full time di rumah mendidik anak, dan week end biasanya lebih banyak mengisi training. Beliau telah mendirikan Auladi Parenting School sejak tahun 2005, dan telah mendidik orang tua lewat program-program di dalamnya meliputi Program PSPA (Program Sekolah Pengasuhan Anak), Program Pendidikan Disiplin Anak, dsb.
Selain mengisi seminar dan pelatihan parenting di Indonesia, Pak Ihsan Baihaqi pun menjadi pembicara dan pelatihan parenting Internasional, seperti di Jepang, Jerman, Swiss, Arab Saudi, dan Malaysia.
Beliau juga telah menulis 5 buku terkait Parenting, yaitu Sudahkah Aku jadi Orang Tua Shalih?, Sebelum Meminta Anak Shalih, Yuk jadi Orang Tua Shalih, Renungan Dahsyat untuk Orang Tua, 7 Kiat Orangtua Shalih, Menjadikan Anak Disiplin dan Bahagia, serta buku Mengajarkan Kemandirian kepada Anak.
Dalam buku Sebelum Meminta Anak Shalih, Yuk jadi Orang Tua Shalih terdapat 6 bab besar. Yuk simak ulasannya.
Yang harus diperhatikan bahwa penting berkomunikasi dengan pasangan baik itu pola asuh selama ini, permasalahan yang dihadapi, dan penting untuk selalu kompak di depan anak-anak. Demi anak-anak, Ayah-Bunda harus hadir sebagai satu kesatuan; segala perselisihan pendapat tidak ditunjukkan di depan anak-anak. Jika Ayah-Bunda kompak, anak-anak akan terhindar dari kebingungan. Misalnya ketika anak ingin sesuatu, lalu Ayah cari aman berkata, “Minta sama Bunda.” Atau sebaliknya, Bunda berkata, “Kalau Ayah bilang boleh, Bunda juga boleh.” Sebaiknya untuk hal-hal seperti ini, siapapun yang diminta lebih dulu bisa langsung memutuskan.
Selain itu penting pula untuk memuji anak ketika anak melakukan hal yang baik, misalnya “Hebat kamu bisa bangun mendahului Bunda. Begitu terus dong, besok jangan sampai terlambat lagi, ya.” Hal tersebut berguna untuk membangkitkan motivasi anak untuk menjadi lebih baik lagi.
Pak Ihsan Baihaqi, penulis buku ini juga merupakan penggagas program 1821 yang sering kita dengar. Dalam Program 1821 orang tua mematikan segala jenis kotak, baik itu handphone, tv, laptop, kompor, mesin cuci, dan sebagainya, sehingga orang tua bisa fokus pada anak sampai waktunya tidur tiba. Hal ini dapat memberi manfaat yang banyak pada orang tua maupun anak.
“Perkataan dan perlakuan penuh cinta dari Anda adalah warisan terindah untuk masa depan mereka.”Sebagai orang tua, anak harus difasilitasi pula dalam pembelajarannya. Tak perlu memfasilitasi dengan barang mewah, cukup dengan membacakan buku atau mendongeng, bercerita tentang masa kanak-kanak kita sebagai orang tua, merutinkan momen bersyukur pada anak yakni kita bisa memberi contoh menyebutkan satu hal yang paling kita syukuri hari ini, mencari jawaban di buku ketika kita tidak tahu namun anak menanyakannya, atau juga memberi anak kesempatan membantu Anda dalam tugas-tugas tumah tangga.
Hal yang menggelitik, bahwa orang tua bisa menjelaskan aturan pada anak usia 5-6 tahun dengan bahasa yang mudah dipahami anak dan kita bisa memintanya mengulang. Tapi jangan berharap terlalu banyak dari balita; karena dia belum memahami makna aturan dan batasan. Maka, ekspektasi berlebihan kepada anak terutama usia balita harus kita mulai sadari dan kita bisa lebih enjoy dengan menikmati pertumbuhannya.
Kita pun harus menggeser fokus pada perilaku baik, ketimbang perilaku buruk anak. Terkadang anak tidak mendapat apresiasi yang baik ketika berperilaku baik, namun mendapat perhatian lebih ketika berperilaku buruk, sehingga kita sebagai orang tua bisa lebih memberikan perhatian kepada anak, terutama misalnya kepada orang tua yang sibuk bekerja, maka quality time sangat penting.
Jika kamar anak berantakan pun kita bisa fokus pada solusi, bukan pada masalahnya. Berhati-hatilah menerapkan hukuman kepada anak, karena bukan satu-satunya cara untuk mengendalikan perilaku buruk anak. Hukuman yang tidak tepat dapat berdampak buruk kepada anak dan mempersulit orang tua sendiri. Terutama jauhkan hukuman fisik karena hal tersebut bisa merendahkan harga dirinya, menumpulkan daya pikirnya, menyampaikan pesan pesan kontra produktif.
Beri anak kesempatan terlebih dahulu mengatakan apa yang telah dia lakukan. Misalnya sang kakak memukul adik, maka kita bisa memberi kesempatan kepadanya untuk menjelaskan mengapa melakukannya, dan kita langsung berfokus pada solusi, bukan menghakiminya.
“Anak-anak tidak bisa memilih orang tua mana yang akan melahirkan mereka, tapi orang tua bisa memilih cara berkomunikasi dengan mereka.”Mulailah memberi teladan yang baik pada anak. Mendengarkan apa yang ingin diceritakan oleh anak, misalnya hal-hal yang menyenangkan di sekolah, membuat daftar keinginan masing-masing anggota keluarga, dan membuat daftar hal yang penting yang dilakukan hari ini, dan setelah selesai menceklisnya,
Orangtua dari balita..
Maafkan kami ya, Nak. Kami terpaksa menyerahkan dan membesarkanmu hanya dengan pembantu di rumah saat kamu balita. Kami kan sibuk bekerja. Mau bagaimana lagi, daripada tidak ada yang menjaga? Kami hanya ingin memastikan ada yang mengurus kebutuhanmu. Demi kamu sendiri.
Anak dari lansia..
Maafkan kami ya, Pa-Ma. Kami terpaksa memakai jasa panti jompo untuk menjaga Papa-Mama. Kami kan sibuk bekerja. Mau bagaimana lagi, daripada tidak ada yang menjaga? Kami hanya ingin memastikan ada yang mengurus kebutuhan Papa-Mama. Demi Papa Mama sendiri.
Jadi flash back saat membaca buku ini di awal, tentang orang tua yang menunggu kedatangan anaknya untuk pulang. Harapan bertemu dengan anaknya. Sebanyak apapun anaknya, terkadang ada orang tua harus sendiri di rumah melewati hari-harinya. Semoga kita tidak lupa untuk menyapa mereka di sela aktivitas-aktivitas kita, dan senantiasa menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua sampai akhir hayatnya. Aamiin. Love you Mama and Papa.
Cukup panjang juga bercerita tentang buku ini. Jika penasaran ingin membaca bukunya, bisa dibeli di toko buku terdekat. Selamat membaca!
***
DATA BUKU
Judul: Yuk Jadi Orang Tua Shalih! Sebelum Meminta Anak Shalih Seri # 1 Yuk Jadi Orang Tua Shalih
Penulis: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Cetakan: III, September 2016
Penerbit: Mizania
Tebal : 174 halaman
ISBN: 978 – 602 – 1337 – 52- 3
No comments