jodoh dunia akhirat |
Hal yang lumrah adalah jika sudah menginjak usia 20 tahun, keinginan untuk menikah merupakan fitrah. Memiliki pendamping hidup melewati masa-masa indah dan menjalani kehidupan rumah tangga yang manis merupakan impian banyak orang.
Namun tidak semua orang dapat menikah di usia yang tepat. Terkadang ada kenyataan bahwa satu orang bisa dipercepat menikah di usia muda, namun tidak bagi yang lain. Ada ujian yang Allah Swt. berikan kepada mereka sehingga jodohnya diperlama datangnya.
Seringkali ada pula yang telah mencapai usia 30 tahun tahun bahkan hampir menginjak usia 40 tahun, namun belum juga menikah.
Ayat yang menerangkan bahwa Allah Swt. menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan (QS Adz Dzariyat, 51: 49) dua jenis yang berbeda. Allah Swt. menciptakan langit dan bumi, matahari dan bulan, malam dan siang, darat dan laut, dataran dan gunung, musim dingin dan musim panas, jin dan manusia, serta laki-laki dan perempuan.
Sebagaimana Allah menciptakan semua berpasang-pasangan, ayat Al Quran yang terkait adalah QS Ar Rad: 13, yakni “Dan Dia menghamparkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai di atasnya. Dan padanya Dia menjadikan semua buah-buahan berpasang-pasangan; Dia menutupkan malam kepada siang. Sungguh yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir.”
Berada dalam masa penantian yang panjang terkadang menimbulkan rasa sedih dan gundah, amat wajar terjadi. Kita sebagai manusia harus menyadari bahwa kita adalah makhluk yang lemah, semua permasalahan yang kita hadapi kita kembalikan kepada Allah Swt.
Di sisi lain, saat kita berada dalam masa penantian, begitu banyak fenomena ikhwan yang belum siap menikah, sedangkan akhwat banyak yang sudah siap menikah. Ketimpangan atas hal ini tentu saja menjadikan akhwat harus menunggu karena ikhwan rata-rata mengambil keputusan untuk menikah memang tidak mudah (baca: banyak pertimbangan).
Saat seorang ikhwan akan memutuskan untuk menikah, maka ikhwan akan menggantikan posisi wali yang semula berada di posisi Ayah akhwat. Maka ada juga ikhwan yang menunggu mapan terlebih dahulu, baru berniat untuk menikah.
BACA JUGA: RAMBU-RAMBU MENIKAH
Bagi akhwat yang telah siap menikah dan ikhwannya belum, jangan sampai malah terjerumus kepada pacaran. Sejatinya kita berupaya sebaik mungkin untuk bersih dari maksiat. Saat ini begitu banyak cara untuk berkhalwat seperti berkirim pesan, telepon, bahkan dalam bertukar pesan tersebut memanggil nama panggilan Ummi dan Abi. Jangan sampai hal itu terjadi!
Jika pun telah terjerumus kepada pacaran, segera bertaubat kepada Allah Swt. minta kepada calon pasangan kita untuk move on segera mengkhitbah dan menentukan tanggal pernikahan. Untuk menikah sendiri, tidak perlu dipersulit. Permudah saja karena ikhwan dan akhwatlah yang akan menjalani pernikahan. Jangan sampai berlarut-larut dan malah menjadikan mengadopsi gaya pacaran.
Terkadang yang menjadi kesulitan ikhwan juga adalah tentang maisyah. Saat peran wali berpindah dari Ayah kepada ikhwan, maka termasuk membiayai kehidupan akhwat juga jadi kewajiban ikhwan. Janganlah gengsi jikapun belum mempunyai penghasilan tetap. Yang terpenting adalah tetap berpenghasilan.
Ayah akhwat bukan menanyakan maisyah karena ada apa-apa. Bukan. Karena Ayah akhwat ingin memastikan bahwa anaknya akan mendapat kehidupan yang baik kemudian hari. Ayah mana yang ingin melihat anaknya kesusahan?
Nah, berikut ada tips untuk menguatkan jiwa yang merindu dan berada dalam masa penantian:
1. Terus mendekatkan diri kepada Allah Swt. dan berpikir positif
Bagi mereka yang berada dalam masa penantian, penting sekali selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt. Perasaan yang galau jangan sampai membawa dan melalaikan dari kedekatan kepada Allah Swt. teruslah berdoa memohon jodoh datang dan selalu berpikir positif bahwa Allah Swt. selalu memberikan yang terbaik untuk kita.
2. Mengisi dan menyibukkan diri dengan aktivitas bermanfaat
Penting selalu mengisi waktu bermanfaat sehingga tidak terbuang dengan sia-sia. Dalam menyibukan diri dengan hal yang bermanfaat dapat mengisi waktu dengan meningkatkan soft skill misalnya bagi perempuan belajar memasak, membaca buku, senang menulis, belajar menjahit, tilawah, menghafal Al Quran, ikut kajian ustadz, pengajian dan sebagainya.
Tak sedikit, ada juga yang mengisi waktu dengan menonton drama Korea. Boleh saja menonton drama Korea, tapi jangan sampai kebablasan hehe. Terkadang dalam angan-angan juga dapat melenakan. Tapi untuk sesekali tidak masalah juga sih. Asal jangan terlalu sering.
3. Meminta restu orang tua
Doa orang tua mustajab. Maka kita dapat meminta restu kedua orang tua agar dipertemukan dan dapat berproses ke jenjang pernikahan bersama jodoh kita. Karena jodoh itu terkadang prosesnya cepat dan adapun yang lambat, maka kita harus bersabar dengan ketentuan Allah Swt. yang pasti Allah Swt. tidak akan menyia-nyiakan hamba-hambaNya dan Allah Swt. pasti akan mengabulkan hamba-Nya yang berdoa.
4. Yakini bahwa jodoh di tangan Allah Swt.
Kita harus merasa yakin 100% bahwa jodoh ada di tangan Allah Swt. maka kita dapat terus berikhtiar dan bertawakkal setelahnya. Manusia diciptakan berpasang-pasangan, maka kita dapat terus yakin dengan janji Allah Swt. bahwa jodoh itu di tangan Allah Swt. tinggal bagaimana dan seperti apa jodoh itu datang, kita dapat terus memperbaiki diri sambil terus berdoa.
5. Berikhtiar dan berdoa
Penting bagi kita berikhtiar pula dalam mendapatkan jodoh yang shaleh dan shalehah. Terkadang ada yang telah memiliki kriteria masing-masing dalam menetapkan jodohnya, ada pula yang lebih memilih proses lewat taaruf dengan mengirimkan proposal diri, dan biasanya dalam waktu yang singkat. Dari semua pilihan itu, kita dapat berikhtiar dan berdoa. Tidak ada yang tahu jodoh kita dari mana berasal. Jika akhlaknya, aqidahnya, ibadahnya sudah baik, untuk apa kita tolak?
Justru ketika aqidah, ibadah dan akhlaknya kurang baik, maka kita bisa memilih jodoh yang lebih baik. Kita boleh memilih jodoh yang shaleh dan shalehah sebagai pendamping kita sampai akhir hayat kelak.
Mengharapkan jodoh boleh sekali, namun berikhtiar juga dianjurkan. Kita bisa meminta tolong dicarikan oleh orang tua, oleh kakak, oleh murabbi kita, ataupun sahabat yang kita percayai. Selanjutnya kita bisa mengistikharahkan kepada Allah Swt. untuk berlanjut atau tidaknya. Semoga Allah Swt. memudahkan segala urusan dalam proses menyempurnakan separuh agama. Semangaaat.
6. Kalau sudah sampai akad, itulah JODOH
Banyak hal yang bisa terjadi sampai akad terucapkan. Terkadang saat taaruf misalnya tak selalu berjalan mulus, sehingga taaruf mengalami kegagalan. Selain itu sudah khitbah besar-besaran, namun tidak jadi menikah calon suami tak terdengar kabarnya. Atau saat undangan telah disebar, tidak jadi menikah.
Kepiluan hal tersebut harus kita pupuk dengan ibadah dan terus berpikir positif kepada Allah Swt. Yang harus kita yakini bahwa kalau akad telah terucap, itulah JODOH kita.
Maka penting pula menjadikan tujuan berumah tangga yang islami dan menerapkan syariat Islam. Dalam menikah tentunya bertujuan untuk menghilangkan fitnah (menghalalkan hubungan dengan pernikahan), selain itu memberikan sakinah (ketenangan), dan meneruskan generasi muslim.
Dalam masa penantian tentu tugas kita untuk selalu meminta kepada Allah Swt. diberikan yang terbaik, dan kita kembalikan semua masalah kita kepada Allah Swt. niscaya Allah Swt. akan menunjukkan jalan-jalanNya.***
No comments