Kembali ke 19 hari ini, Ahad 16 Mei 2010, akan diadakan agenda Daurah Pasca Sekolah.
Ustadz yang pertama mengisi, Ustadz Asep Solih Awaludin. Menonton cuplikan Tsunami tahun 2004 lalu, dan lagu yang mengiringinya yaitu Lagu Chrisye: Ketika Tangan dan Kaki Berkata. Perlu beberapa kali Chrisye menyenandungkan senandung tersebut, karena kerapkali di tengah-tengah menyanyi, Ustadz tidak tahan dengan syair yang begitu berat. Akan tiba masa mulut dikunci, kata tak ada lagi. Akan tiba masa tak ada suara dari mulut kita. Berkata tangan kita, tentang apa yang dilakukannya. Berkata kaki kita kemana saja ia melangkahnya.
Bila mengandalkan shalat saja, amalan apa yang dapat membawa kita ke surga?
Maka, ustadz Solih menjelaskan hal yang dapat membantu kita ke Surga yaitu dengan Dakwah: aktivitas menyeru kebaikan akan terus selalu mengalir pahalanya meski sudah meninggal.
Telah disebutkan pula bahwa terdapat tiga hal yang tidak akan terputus meski sudah meninggal dunia, yaitu anak shaleh, ilmu yang bermanfaat dan amal jariyah. Nah, ilmu yang terus diamalkan, yang terus disampaikan, difasilitasi dalam dakwah, akan membantu kita karena ilmu yang bermanfaat akan selalu mengalir pahalanya.
Dakwah meski sedikit orang yang mencintai kebaikan di dalamnya, akan terus disukai oleh orang-orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Pertanyaan yang diajukan ialah bagaimana mencintai dakwah itu sendiri?
Dalam dakwah, iman kadang naik, kadangpula turun. Sudah menjadi sunatullah hal tersebut dan sebaiknya kita agar mencintai dakwah, yakni dengan terus mengingat yaumil akhir dan mencari komunitas yang membuat kita ingat kepada Allah Swt.
Mempertanyakan hal mengenai terorisme yang kerapkali marak pemberitaannya di televisi. Dan ada bagian dari Islam sendiri yang ketakutan dekat dengan Islam. Menurut Ustadz Sholih, “Terorisme yang saat ini ada, sepertinya merupakan hal yang bukan seharusnya. Bila kita ingin berdakwah, lihatlah bagaimana Rasul sendiri dalam berdakwah.”
“Rasul sendiri mengajarkan kita untuk bertahap dalam memahamkan Islam. Konsep jihad yang main bom sana, bom sini, seakan-akan menjadi hal yang tidak kembali pada fitrahnya,” ucapnya lagi menutup perbincangan pagi itu.
Kenapa DS?
Acara berlanjut dengan pemaparan dari Idzma Mahayattika. Suasana agak ribut saat itu. Tidak biasanya,yang ribut justru dari kalangan ikhwan. Pasalnya hari itu ikhwan memang membludak yang datang. Ikhwan alumni banyak yang datang.
Kenapa harus DS?
Karena ditujukan untuk adik-adik kelas 12, urgensi kembali ke 19 memang sudah seharusnya. Kenapa harus DS? Kang Idzma mengungkapkan bahwa agak sulit mana membina mahasiswa tingkat satu dengan yang masih bersekolah?
DS (baca: dakwah sekolah) saat ini bukan saja ditujukan bagi yang SMA, namun sudah masuk ke SMP. Berbicara secara keseluruhan, maka semestinya kita berbicara tataran global di Indonesia. Dalam tataran sekolah, maka akhlakul karimah menjadi suatu masalah dan tugas DS untuk membenahi hal tersebut.
Apalagi DS juga dipandang sebagai suatu yang strategis, karena merupakan sumber daya untuk Dakwah Kampus dan Masyarakat. Orang-orang Dakwah Sekolah biasanya dengan berbagai aktivitasnya di luar, hatinya masih berpaut dalam Dakwah Sekolah. Betul?
Pentingnya pembinaan berkelanjutan
Dalam membenahi diri dan untuk peningkatan kualitas diri, maka kita sebagai Pembina dan yang dibina, semestinya sudah harus mengembalikan nilai tarbiyah yang seakan sekarang ini sudah mengendur.
Dapat kita lihat bahwa pertemuan-pertemuan mentoring kita saat ini hanya sebatas berkumpul, tertawa, pulang. Begitu seterusnya. Alangkah indahnya suasana tarbiyah terus dibangun dengan peningkatan dalam melaksanakan ibadah. Mengembalikan pada Al Qur’an dan As Sunnah.
Pembinaan yang berkelanjutan terkadang hanya bersisa beberapa orang saja. Tidak sedikit yang keluar dari gerbong dakwah dan tertinggal. Dani Zaelany Ibrahim, pembicara Daurah Pasca Sekolah di SMAN 19 Bandung Ahad, 16 Mei 2010, mengatakan bahwa, “Jangan menyepelekan setetes air. Jangan menyepelekan tarbiyah yang sedikit itu, Karena dari yang sedikit itu, akan membawa dampak: perubahan besar.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments