Catatan ini saya tulis sebagai
alarm saya juga.
Apa sih yang terlintas saat
mendapat sms untuk liqa? Jengah, malas, kangen, senang atau yang lain?
Apa sih yang terlintas saat
mendapat sms tidak jadi liqa? Senang karena libur liqa dengan mengucap, “Yes!”
Tapi ada sms lagi : Pengganti Liqa,
yang kemarin tidak hadir liqa diganti hari ini. Bagaimana perasaan ukhti?
Senang, sedih atau berpikir mencari alasan untuk tidak hadir?
Ukhti yang bisa jawab sendiri.
Eits, jangan penasaran dengan yang
akan saya kupas kali ini. Kamu boleh gak baca catatan ini dan nggak peduli. Toh
saya tidak rugi juga dengan hal itu. Saya ingin sekadar sharing. Sharing
sahabat.
Seberapa pentingnya itu, saya ingin
menggambarkan sesuatu yang saya dapat dari membaca Sirah Sahabat , Abu Bakar As
Shiddiq. Saya merasa sangat terinspirasi dengan beliau. Betapa subhanallah apa
yang Beliau usahakan demi Islam ini tiada bandingannya.
Rasulullah SAW sendiri sampai terkagum-kagum
atas peran sahabatnya itu di sisi Rasulullah SAW saat berjuang demi Islam. Abu
Bakar tidak pernah tidak ikut (baca: selalu ikut) dalam perang-perang bersama
Rasulullah Saw. Tidak ada satupun sahabat Rasul lain kecuali Abu Bakar Ash
Shiddiq yang terus berada di samping Rasulullah Saw.
Tingkah orang yang enggan berperang
seperti di zaman Rasulullah Saw. yang hanya akan ikut berperang kalau ada
embel-embelnya. Kalau ada perang dan bila perang Islam menang, maka ada
terbesit di dalam hati untuk mengambil harta rampasan perang.
Orang-orang yang ketika
diperintahkan berjihad dan langsung bersegera, ibarat di zaman Rasulullah SAW
yang ketika diperintahkan berperang, mereka mau untuk jadi orang yang
pertama-tama memanfaatkan hal tersebut meski mati syahid taruhannya. Justru
bertemu dengan Tuhannya adalah hal yang sangat mereka rindukan.
Ternyata zaman sahabat dan zaman
sekarang tidaklah berbeda. Secara konteks atau esensi, bila kita sudah masuk
suatu sistem, maka mau tidak mau, suka atau tidak suka, kita harus mau ikut
berkontribusi di sana. Kita ibaratkan, bila kita masuk sistem dan kita hanya
pilih-pilih, mau ikut kalau ada yang untungnya buat kita, atau kalau sedang
malas memperturutkan hawa nafsu tersebut dan kebablasan akhirnya. Jangan sampai
mudah-mudahan hal tersebut terjadi pada diri kita.
Ubahlah frame itu menjadi suatu
kesempatan yang belum tentu esok hadir lagi bagi kita. Toh itu semua akan
menambah amal berat timbangan bagi kita kelak. Insya Allah…. Semangat! Allahu
Akbar! Apa yang terpikir setelah ini? []
No comments