Dulu saat kali pertama mengenal
rohis, saat ada keputrian akbar untuk siswa baru, mengenal kakak kakak yang
teduh dan sholehah membuat saya dan teman-teman seangkatan ingin sekali
mendekat padanya.
Tahun pertama, tahun kedua, tahun
ketiga, saya merasakan ukhuwwah itu. Saat sudah menjadi alumni, kakak kakak
yang menuntun kami itu, sudah menyebar dan ada juga yang sudah tidak di Bandung
lagi. Hal tersebut membuat saya dan teman seperjuangan merindukan mereka.
Simak kisah yang saya tuliskan:
Di
balik kesenangan tersebut ada hal yang mengganjal bagi Ghifar, yaitu tadi
dirinya melihat Seno, adik mentornya yang sekarang sudah jarang datang
mentoring, berboncengan dengan perempuan yang Ghifar rasa, pacarnya Seno.
Mengenal akhwat memang tak salah,
tapi akan jadi masalah bila sudah terkena Virus Merah Jambu. Materi tentang
Manajemen Cinta kerapkali dibahas dalam kajian-kajian Rohis. Tapi akan jadi
berbahaya bila sudah tahu ilmunya; tidak boleh dilakukan, tapi tetap dilakukan
juga.
Seno
merupakan salahsatu dari ribuan orang di negeri ini yang mungkin telah
berguguran di jalan dakwah, bukan lagi menjadi sahabat, atau adik mentor,
mungkin ada idealisme-nya yang bergeser, mungkin karena ada hal yang luput dan
bergeser dari hatinya, batin Ghifar.
Sebetulnya
bila saat itu tepat, insya Allah tidak akan terlambat. Asal percaya pada Allah
jodoh itu pasti ada, batin Ghifar. Tiba-tiba ada sebuah sms. Ia dihubungi
kembali oleh kakak di kampusnya untuk mengajaknya muraja’ah, setelah mengetik,
lalu Ghifar mengirim balasan: Ya.
Ada hal-hal yang memang membuatnya
bisa bertahan. Dan energi besar itu berasal dari kata bernama: Cinta. Mata
Ghifar menyapu seluruh ruang di depan masjid. Adik siswa-siswi baru tengah
mengantri ingin mendaftar masuk Rohis. Mudah-mudahan semakin tahun, kader
dakwah di Rohis SMA semakin banyak dan dapat meregenerasikan pada adik-adiknya
di bawah kembali. Sudah sunatullah semua yang hadir kali ini dan mendaftar di
Rohis banyak, tapi siapa yang menjamin sampai akhir mereka bisa bertahan?
Tapi Ghifar selalu berharap, hingga
akhir, calon kader-kader ini bisa bertahan. Insya Allah. Di genggaman tangan
Ghifar buku Doktor Cilik Hafal dan Paham Al Qur’an. Ia merasakan betapa seorang
yang ada di buku ini merupakan orang luar biasa yang dibentuk oleh keluarga
yang kondusif. Kelak, ia ingin menikah dengan istri yang dapat melahirkan
generasi-generasi Qur’ani.
*
Kisah di atas satu alasan yang
membuat seseorang berguguran di jalan dakwah. Alasan lain banyak macamnya. Bisa
jadi karena ruang pertahanan yang tidak sekondusif saat mentoring. Itulah yang
membedakan dalam sisi besar, mentoring dan ta’lim berbeda karena objeknya pun
berbeda. Ta’lim atau tabligh akbar, jamaahnya bisa jadi siapapun dan tidak
saling mengenal satu sama lain. Berbeda dengan mentoring, mentoring memiliki
teman yang sama dan berkelanjutan, sehingga terlihat perkembangan
masing-masingnya.
Berguguran dan setiap orang
memiliki pilihannya masing-masing. Hakikatnya setiap orang dilahirkan menjadi
dai dalam setiap profesinya di masa yang akan datang. Berguguran juga merupakan
pilihan dan untuk kokoh merupakan pilihan. Kepada Allah lah, segala urusan
dikembalikan. Peran besar apapun dan kecintaan yang besar kepada Allah akan
terukur dari seberapa besar pengorbanannya kepada Allah. Surga tidak bisa
diraih dengan mudah. Mendapatkannya memerlukan perjuangan yang berat, dan
semoga kita semua memiliki tanda-tanda kecintaan kepada Allah, pemilik alam
semesta ini. Amiin.
No comments