Membicarakan menyikapi hidup, saya termasuk pekerja kantoran yang harus didugdag dari rumah ke kantor. Karena jarak dari rumah ke kantor suami 32 km (baca: tigapuluh dua kilometer), maka suami saya mengantar saya terlebih dahulu yang jaraknya 12 km (baca: dua belas kilometer), baru dia berangkat ke kantor.
Saya dan suami biasa berangkat jam 6 pagi. Di perjalanan sampai di kantor, saya tiba jam 7 pagi. Suami saya membawa motor dengan kecepatan dari mulai 20 sampai 70. Masih harus melanjutkan perjalanan sampai jam 8 pagi. Begitu setiap hari. Pulang dan pergi.
Sejak memiliki baby lucu yang bernama Aska, dia juga menjadi teman kami dalam perjalanan, dan baby Aska senang sekali kalau sudah naik motor.
*
Terkadang dalam kehidupan kita seringkali memiliki kesulitan dan merasa lelah yang sangat. Maka dalam menyikapi hidup, waktu pagi adalah waktu yang tepat untuk mengawali semangat hidup. Jika dalam kondisi bekerja, maka bangun pagi, bersiap untuk berangkat kerja.
Ada sebuah tips bahwa jika kita menyisihkan waktu sedikit saja bangun sebelum kita bersiap berangkat kantor, maka kita bisa mengefektifkan waktu dengan berbagai hal.
Bagi seorang siswa maka waktu tersebut adalah waktu yang paling efektif untuk belajar. Kebayang dong baru bangun tidur, otak lagi fresh-freshnya, bisa masuk tuh bahan pelajaran kemarin yang sudah diajarkan bu guru.
Bagi seorang pedagang yang akan membuka lapak di pasar pada saat pagi hari, waktu tersebut adalah waktu yang tepat untuk bersiap, meski terkantuk-kantuk, demi keluarga yang dicintainya ditembuslah angin dingin yang menusuk tulang.
Bagi seorang ibu terutama bekerja, maka dia akan bangun dan menyiapkan makan suami dan anaknya. Meski waktu tersebut keluarganya masih terlelap tertidur.
Bagi seorang yang sedang dirundung gelisah, perlu penguatan, maka berdoa kepada Tuhannya adalah solusi yang tepat (meski dalam hal ini bukan saja di saat sedih saja, namun juga di saat gembira) tetap bersyukur kepada Tuhan.
Sejatinya waktu pagi adalah waktu menjemput rezeki, jika kehilangan pagi maka kita akan kehilangan rezeki. Rezeki makna luas termasuk dalam hal makanan.
Di kota Metropolitan di waktu pagi buta sudah berangkat kantor untuk menghindari macet. Pulangnya pun sudah hampir larut malam.
Maka berbicara #BeraniLebih menyikapi hidup maka berbicara mengenai harapan dan cita-cita. Berbicara #BeraniLebih adalah berbicara mengenai semangat besar untuk menjadi lebih baik. Jadi setelah berlelah-lelah, tidak perlu khawatir, karena rezeki tak akan pernah tertukar.
Semoga jarak tak menjadi halangan untuk menularkan semangat dan kita senantiasa sejalan dalam menyikapi hidup. Masih ada harapan dan semangat. Semangat pagi! :) #BeraniLebih
FB : Sri Al Hidayati
Twitter : @srialhidayati
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments