“Sesungguhnya umrah di Bulan Ramadhan sama dengan haji” itu kata sebuah hadits.
Ga nyangka dapat pengalaman luar biasa dari Bu Ulfi, barusan pas kelas tahfidz. Subhanallah.
Sri Jadi pengen umrah di bulan Ramadhan juga.
“Suasananya beda banget” begitu kata Bu Ulfi. “Saat membacakan imam masjidil Haram membacakan surat Al Ikhlas Qulhuwallahu Ahad saja: sudah nangis dan merinding.”
Saya yang pas dengernya juga sudah membayangkan bagaimana efek dari tilawah yang bersumber dari hati saat membacakannya. “Bukan lisan yang bertilawah, tapi sudah hati…”
Orang-orang berduyun-duyun tidak mau ketinggalan shaff salat. Semua orang menghidupkan malam Ramadhan. Dari malam 21 sampai malam terakhir, semua orang di Masjidil Haram mengisi malamnya dengan salat dan doa di dalam qunut setengah jam. Orang-orang berlomba salat sampai membuka shaff di halaman masjid sampai ke jalan-jalan. Subhanallah….
Paginya, semua orang tidur di waktu duha nya karena lelah, dan mengisi energi lagi untuk malam berikutnya. Begitu seterusnya.
Bu Ulfi juga bertemu dengan berbagai karakter. Misal karakter Arab yang ingin salat dan bertengkar soal tempat salat. Namun di akhirnya meminta maaf lagi. Juga kisah pencuri yang niat ngambil uang dengan menggunting pakaian orang Indonesia. Masya Allah.
Beliau sudah pernah merasakan bagaimana pengalamannya saat berhaji dan berumrah bukan di bulan Ramadhan, dan tetap bulan Ramadhan suasananya sangat berbeda. Bila orang-orang berhaji atau berumrah bukan di bulan Ramadhan, biasanya mereka suka berbelanja. Nah, saat bulan Ramadhan tidak ada yang fokus belanja kecuali untuk beribadah.
Saat malam takbiran baru orang-orang bersiap berbelanja memenuhi kebutuhan. Saat salat Idul Fitri yang membuat heran kata Bu Ulfi, karena orang-orang berlomba salat sampai ke jalan-jalan dan datang dari jauh sampai tak terlihat ujungnya. Subhanallah.
Mudah-mudahan kemantapan niat ini bisa terealisasikan ya Allah dengan dari mana datangnya rezeki dari Mu, Ya Allah…. Amiin.
Bandung, 31 Agustus 2012
No comments